BeritaPerbankan – Menyiapkan dana darurat sangat dianjurkan oleh pakar perencana keuangan bagi setiap orang. Dana darurat merupakan sejumlah uang yang disisihkan dari pendapatan sebagai dana cadangan untuk mengantisipasi kondisi mendesak dan darurat di masa depan.
Orang sering menyalahartikan dana darurat sama dengan tabungan. Padahal keduanya adalah hal yang berbeda. Dana darurat disiapkan untuk membiayai hal-hal tidak terduga seperti sakit yang memerlukan biaya perawatan yang tidak ditanggung asuransi.
Kerusakan rumah yang disebabkan bencana alam dapat direnovasi dengan dana darurat tersebut. Memiiliki dana darurat mungkin manfaatnya tidak akan dirasakan sekarang karena memang dana darurat hanya boleh digunakan untuk hal-hal yang di luar dugaan.
Sementara itu tabungan dipersiapkan untuk membeli sesuatu yang sudah direncanakan. Sepert tabungan untuk membeli mobil, persiapan DP rumah, uang sekolah anak, dana liburan, dan sebagainya.
Dana darurat bisa dibilang wajib dimiliki oleh setiap orang agar lebih siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak tahu kapan terjadi dan dalam bentuk apa.
Dalam banyak kasus, orang terlena dengan pekerjaan dan penghasilannya seolah dia akan tetap bekerja sampai pensiun. Namun kondisi tak terduga justru mengancam keuangan mereka.
Di masa pandemi kita tahu sejumlah perusahaan terpaksa melakukan PHK kepada sebagian atau seluruh karyawan mereka karena sudah tidak sanggup lagi menopang biaya operasional perusahaan.
Bagi mereka yang tak memiliki dana darurat dan tabungan yang cukup ini bak jatuh tertimpa tangga, ketiban tembok pula.
Sesuatu yang mereka tidak antisipasi terjadi tanpa ada aba-aba. Cicilan kendaraan, rumah, bayar asuransi, dan pembiayaan lainnya pastilah membuat siapapun pusing dibuatnya. Ditambah sumber penghasilan lenyap akibat kena PHK.
Di saat seperti itulah dana darurat menjadi penyelamat. Kamu setidaknya masih bisa bernafas setelah guncangan finansial yang menimpa. Sambil mencari pekerjaan lain dan mencari peluang yang lebih baik, keuangan kamu masih aman.
Pakar perencana keuangan menyarankan agar kita memiliki dana cadangan mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan total pengeluaran per bulan, tergantung profil kita masing-masing.
Lalu bagaimana orang yang baru melek soal dana darurat bisa mulai menyiapkan dana darurat, harus dimulai darimana?.
Evaluasi Kondisi Keuangan
Langkah pertama untuk mulai mempersiapkan dana darurat adalah melakukan evaluasi menyeluruh kondisi keuangan kamu.
Hitung jumlah pengeluaran selama sebulan secara detail. Sangat disarankan untuk mencatat semua pengeluaran kita secara rinci, kamu bisa menuliskan dalam buku catatan atau di aplikasi ponsel pintar.
Kemudian evaluasi apakah pendapatan kamu cukup untuk memenuhi kebutuhanmu selama sebulan atau malah lebih besar pengeluaran ketimbang pendapatan.
Dalam proses ini perlu kebijaksanaan dan kerendahan hati. Kamu harus bertekad ingin memiliki dana darurat berarti harus mengorbankan pengeluaran yang tidak terlalu mendesak.
Evaluasi setiap item pengeluaran, kurangi pos pengeluaran yang bersifat hiburan dan konsumtif. Misalnya setiap hari kamu menghabiskan uang Rp. 100 ribu untuk makan. Kamu bisa memangkas anggaran makan menjadi Rp. 50 ribu dengan mencari tempat makan lebih murah atau bawa bekal dari rumah.
Nonton bioskop untuk hiburan boleh-boleh saja untuk menghilangkan penat. Coba dibatasi seminggu sekali saja atau sesuaikan dengan rencana keuanganmu. Ingat tujuan kamu adalah punya dana darurat.
Tentukan Jumlah Dana Darurat
Jumlah dana darurat setiap orang tentu saja berbeda. Tergantung profil keuangan dan jumlah tanggungan keluarga.
Di tahap pertama kamu sudah menentukan jumlah pengeluaran per bulan termasuk pengeluaran anggaran rumah tangga bagi yang sudah berkeluarga.
Jumlah dana darurat akan berbeda disesuaikan dengan jumlah orang yang menjadi tanggungan kita. Para pakar keuangan menyarankan bagi mereka yang single untuk memiliki dana darurat 3 – 6 kali jumlah pengeluaran per bulan.
Jika kamu sebulan menghabiskan 2 juta rupiah, maka dana darurat yang harus kamu miliki adalah minimal 6 juta rupiah.
Sementara itu bagi orang yang sudah menikah dan memiliki anak setidak-tidaknya memiliki dana darurat minimal 6 bulan total pengeluaran rata-rata per bulan. Kalau pengeluaran perbulan kamu dan keluarga sebesar 4 juta rupiah maka kamu harus menyiapkan dana cadangan sebanyak 24 juta rupiah.
Kurangi Pos Pengeluaran Yang Tak Perlu
Membedakan mana kebutuhan dan keinginan masih menjadi hal yang sulit dilakukan banyak orang. Hal itu berdampak pada perilaku konsumtif yang pada akhirnya membawa malapetaka bencana keuangan.
Kurangi pengeluaran untuk hal-hal yang konsumtif. Mulai dari merubah kebiasaan makan dan jajan. Kamu bisa memangkas uang makan tanpa harus mengorbankan nilai gizi.
Makanan sehat bisa juga kamu dapatkan di warteg yang bisa kamu tebus dengan harga belasan ribu atau dua puluh ribuan sekali makan. Daripada memaksakan diri demi gengsi makan di restoran mahal setiap hari yang merogoh kocek lumayan dalam.
Jajan-jajan cantik minuman dan makanan kekinian sesekali boleh saja. Batasi pengeluaran konsumtif semacam ini supaya penghasilan kamu bisa dialokasikan untuk menyiapkan dana darurat.
Prinsip yang harus dipegang adalah membeli sesuatu yang memang diperlukan. Indikasinya adalah jika barang itu tidak segera kamu beli, maka kegiatanmu akan terganggu atau bahkan mengancam keberlangsungan hidup. Belilah barang karena butuh bukan karena sedang ada diskon atau barangnya lucu.
Pilih Instrumen Simpanan Dana Darurat
Dana darurat bisa kamu simpanan dalam bentuk tabungan berjangka, deposito, investasi emas atau tabungan reguler. Pilih instrumen yang sesuai kebutuhan dan profil keuanganmu.
Pilih instrumen investasi atau simpanan yang bersifat likuid alias gampang dicairkan jika sewaktu-waktu kondisi darurat mengharuskan kita menggunakan dana darurat.
Pastikan lembaga keuangan dan perbankan tempat kamu menyimpan uang sudah terdaftar dan berizin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dana simpanan nasabah di bank masuk dalam jaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
LPS akan menjamin dana nasabah baik dalam bentuk tabungan maupun deposito dengan syarat 3T. Tercatat di sistem bank, Tingkat bunga simpanan tidak melebihi suku bunga penjaminan LPS, dan Tidak melakukan tindakan yang merugikan pihak bank.
Penting untuk memisahkan dana darurat dan tabungan untuk kebutuhan sehari-hari. Seringkali orang gagal menyiapkan dana darurat karena semua uangnya bercampur sehingga tidak terasa pengeluaran yang tidak terkendali bisa mencomot dana darurat.
Kamu tidak perlu khawatir meskipun memiliki lebih dari satu rekening tabungan di bank yang sama, simpanan nasabah akan tetap dijamin oleh LPS dengan menjumlahkan nominal uang simpanan tersebut. LPS akan menjamin simpanan nasabah maksimal Rp 2 miliar per nasabah per bank.
Konsisten dan Nikmati Prosesnya
Bagi orang-orang yang sekarang baru akan mulai menyiapkan dana darurat, halangan terbesar sebenarnya adalah apa yang kita pikirkan.
Merubah kebiasaan konsumtif bukanlah perkara mudah, tapi pasti bisa dilakukan. Setelah kamu tahu berapa jumlah dana darurat yang harus dipersiapkan, jangan pesimis lakukan perlahan namun berkelanjutan.
Kamu mungkin merasa akan lama mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu dekat, apalagi jika kondisi keuangan memang sedang fokus untuk pembiayaan pos tertentu yang sifatnya penting.
Tidak masalah jika kamu membutuhkan waktu yang lama untuk mengumpulkan dana darurat, yang terpenting adalah konsisten menyisihkan pendapatanmu secara khusus ke rekening dana darurat.
Kamu bisa meningkatkan simpanan dana darurat per bulan sesuai kondisi keuanganmu. Ingat yang penting konsisten. Jangan dilewatkan dan jangan banyak alasan. Lakukan saja.
Yang tidak kalah penting adalah menikmati proses menabung dana darurat. Jangan jadikan itu sebagai beban. Anggap dana darurat sebagai penyelamat di masa-masa sulit yang mungkin terjadi di kemudian hari. Bahkan kalau kamu sudah bisa melewati jumlah minimum dana darurat kamu bakal merasa lebih aman secara finansial.
Jika uang dana darurat sudah mencapai batas minimal, jangan berhenti. Terus tingkatkan jumlahnya. Kamu bisa variasikan jenis instrumen simpanan dana darurat untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi.