Beritaperbankan – Pergerakan harga aset digital seperti cryptocurrency terus melemah di sepanjang 2022 ini. Kapitalisasi pasar dua token kripto paling popular dan terbesar di dunia yakni Bitcoin sudah ambles hampir 10% dalam sepekan ke bawah level psikologis US$ 50.000/BTC. Ini merupakan level terendah sejak awal Oktober 2021.
Gejolak pasar keuangan yang disebabkan oleh sentimen merebaknya varian Covid-19 jenis baru bernama Omicron menjadi penyebab utama melemahnya cryptocurrency tersebut. WHO sendiri sudah memberikan wanti-wanti agar setiap negara mulai bersiap. Khawatirnya akan adanya lockdown besar-besaran kembali terjadi. Investor-pun mulai membuang aset-aset berisiko seperti saham.
Aset digital cryptocurrency ikut dilego para investor yang membuat harganya jatuh karena pandangan skeptis dari regulator melihat usia yang masih muda dan pergerakannya yang cenderung jauh lebih volatil. Terlebih lagi,The Fed sudah mulai melakukan tapering sehingga dolar AS digadang-gadang akan kembali menguat sehingga para investor mulai melepas aset-aset berisiko seperti saham dan mata uang crypto.
Selain karena sentimen global yang sedang tak mendukung, banyak analis yang menilai penurunan harga Bitcoin juga disebabkan oleh aksi jual para trader di pasar derivatif. Hal ini diungkapkan oleh J.C. Parets dari All Star Charts dan Will Clemente dari Blockware Solutions.
Tak bisa dipungkiri harga aset derivative dan kontrak futures komoditas juga berguguran. Harga minyak drop lebih dari 5%, batu bara drop 3% dan harga CPO juga melemah 4%. Ketika harga Bitcoin turun sampai 13% sepekan, harga emas cenderung naik tipis 0,56%. Bitcoin dan emas memang cenderung bergerak berlawanan arah. Korelasi negatif pergerakan harga emas dan Bitcoin disebabkan karena semakin tingginya popularitas Bitcoin sebagai salah satu aset lindung nilai terhadap inflasi (inflation hedge).
Selain persoalan inflasi, aset kripto juga dinilai memiliki utilitas yang lebih banyak dibanding emas terutama jika melihat perkembangan teknologi digital seperti adanya blockchain. Namun yang patut diwaspadai oleh investor adalah, saat ini harga Bitcoin sudah drop hampir 30% dari level all time high-nya awal November lalu.
Secara teknikal suatu aset memasuki periode bearish jika harganya sudah turun lebih dari 20%. Melihat Bitcoin yang masuk pada tren bearish serta sentimen yang sedang tak bagus, memang besar kemungkinan harga Bitcoin dan token Crypto lain bergerak dengan volatilitas tinggi. Ada kalanya harga akan terbang jika sudah turun terlalu dalam. Namun kenaikan tersebut akan cenderung bersifat sementara (temporer).
Ada beberapa hal yang mempengaruhi naik turun harga Aset Crypto, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
- Harga Aset Kripto tergantung pada keseimbangan penawaran dan permintaan. Ini adalah hukum pasar. Ketika Aset Crypto populer dan banyak permintaan maka harganya akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika penawaran tinggi sedangkan permintaan rendah maka harga akan turun.
- Berita atau liputan media dapat mempengaruhi harga Aset Crypto. Contohnya adalah jika ada berita tentang serangan hacker pada server crypto, atau pun berita bagus mengenai meningkatnya adopsi dan infrastruktur di belakang teknologi Crypto.
- Volatilias harga Aset Kripto sebagian besar berdasarkan hype yang seringnya menjaga minat tetap tinggi. Penurunan harga tajam dapat dipengaruhi oleh sebuah postingan di media sosial dan ujaran orang terkenal di dunia Aset Crypto yang disengaja. Di bidang Aset Crypto, berita benar-benar punya pengaruh signifikan pada situasi di pasar
- Jumlah atau kuantitas dari aset kripto itu sendiri. Volume aset Crypto seperti Bitcoin dan Etherium masih sangat sedikit dan persebarannya tidak merata sehingga nilai harganya akan sangat dipengaruhi oleh tindakan para pemegang aset Crypto tersebut dalam melakukan penjualan atau pembelian.
- Rasa takut dan serakah (Fear and Greed) Faktor psikologis, yaitu rasa takut dan sifat serakah publik juga dapat mempengaruhi harga Crypto. Sebagai contoh harga bitcoin mulai bergerak naik jauh setelah sekian lama tidak ada pergerakan yang berarti. Hal ini akan mengakibatkan publik menjadi serakah (greed) dan membeli lebih banyak bitcoin dengan harapan harga tersebut akan naik lebih jauh lagi. Semakin banyak pembeli Bitcoin, harga Bitcoin akan semakin naik, dan ini menyebabkan lebih banyak orang ingin membeli Bitcoin. Saat harga bitcoin mulai menyentuh titik puncak, banyak orang yang ingin mengambil untung dengan menjual bitcoinnya. Semakin banyak orang yang menjual bitcoin, maka harga bitcoin akan semakin turun. Harga yang bergerak turun menyebabkan ketakutan (Fear) pada publik, sehingga semakin banyak orang yang menjual bitcoin lagi.