BeritaPerbankan – Presiden Joko Widodo dalam acara OJK Virtual Innovation Day 2021 menyampaikan optimisme bahwa Indonesia bisa menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke 7 di dunia pada tahun 2030.
Jokowi menyoroti akselerasi ekonomi digital yang terus berkembang. Perkembangan teknologi mempengaruhi model bisnis di berbagai sektor seperti perbankan, asuransi dan kini muncul inovasi financial technology (fintech).
Situasi pandemi turut mempengaruhi percepatan digitalisasi ekonomi, dimana masyarakat tetap bisa melakukan aktivitas ekonomi melalui berbagai platform berbasis teknologi.
Hal itu nampak pada pertumbuhan transaksi e-commerce yang meningkat sebanyak 63,4% pada semester I tahun 2021 dengan total nilai Rp186,7 triliun.
Pada semester II tahun 2021 Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan transaksi e-commerce akan meningkat lagi menjadi Rp395 triliun.
Klaim ekonomi digital yang mengalami akselerasi sepanjang pandemi juga dapat dilihat dari peningkatan nilai transaksi UMKM yang kini mulai masuk ke berbagai platform e-commerce untuk menjual produk-produk mereka.
Presiden Jokowi dalam pidatonya berharap momentum baik ini bisa dijaga dengan terus mengembangkan ekosistem keuangan digital yang kuat.
Jokowi juga mewanti-wanti terhadap mitigasi resiko yang akan memunculkan permasalahan hukum dan sosial. Perlindungan terhadap masyarakat harus menjadi prioritas.
Dalam kesempatan yang sama Jokowi juga menyoroti fenomena warga yang terjebak pinjaman online (pinjol) dengan bunga yang tinggi.
Padahal menurutnya fintech yang beroperasi sesuai dengan aturan OJK dapat membantu pembiayaan untuk kegiatan produktif. Hal itu akan menjadi alternatif bagi warga yang belum tersentuh layanan perbankan.
Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Digital di Indonesia
Kementerian Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia delapan kali lipat pada tahun 2030 yaitu dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun.
E-commerce memiliki peranan paling besar dengan pertumbuhan mencapai 34% atau setara dengan Rp1.900 triliun.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memprediksi B2B (business-to-business) di tahun 2030 juga akan melesat sebesar 13% atau setara dengan Rp763 triliun, dan health-tech akan menjadi Rp471,6 triliun atau 8% dari pertumbuhan.
Mendagri menambahkan masih banyak potensi ekonomi digital Indonesia. Untuk mengoptimalkan potensi besar tersebut diperlukan peningkatan infrastruktur seperti telekomunikasi dengan memanfaakan teknologi 5G, IoT (internet of things), blockchain, artificial intelligence, dan cloud computing.
Sementara itu Menteri Kominfo, Johnny G. Plate memproyeksikan ekonomi digital Indonesia akan mencatatkan nilai 124 miliar dolar AS atau Rp 1.796 triliun pada akhir 2024.
Johnny juga terus mendorong 64.2 juta UMKM Indonesia bisa onboard go digital untuk mengembangkan bisnis mereka.
Sinyal pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dilihat oleh Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa. Indikasi pemulihan ekonomi mulai nampak pada semester I-2021.
Hal itu diperkuat dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07 persen secara year on year (yoy) pada triwulan II 2021.
LPS menyoroti indikasi membaik intermediasi perbankan karena jumlah uang di sistem perkonomian meningkat hingga dua digit sejak Mei 2021.
Purbaya menilai kebijakan stimulus moneter dan fiskal selama pandemi tepat sasaran sehingga dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat.
Perbaikan ekonomi di berbagai sektor dapat mendukung optimisme Presiden Jokowi menjadikan Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke 7 di dunia.