BeritaPerbankan- Dugaan penipuan arisan online kembali terjadi. Kali ini, ratusan warga di Kota Salatiga, Jawa Tengah yang menjadi korban.
Arisan online ini menggunakan sistem reseller. Setiap reseller membawahi 10 anggota, di mana setiap anggota menyetor uang arisan dengan nilai beragam dari Rp1 juta hingga Rp10 juta.
Alhasil, nilai kerugian dari arisan online ini diduga mencapai miliaran rupiah. Korban arisan online ini sudah melaporkan dugaan penipuan ke Polres Salatiga dan Polda Jawa Tengah.
Lantas, sebenarnya bagaimana cara memilih arisan yang tepat agar tak terjebak mulut manis oknum penipu?
1. Ketua Satgas Waspada Investasi (SWI) Tongam Lumban Tobing mengatakan tujuan arisan adalah silaturahmi antara teman, rekan kerja, keluarga, atau komunitas tertentu. Dengan arisan, maka ada jadwal pertemuan minimal satu bulan sekali.
Jangan sampai masyarakat menjadikan arisan sebagai tempat untuk berinvestasi. Pasalnya, dana yang akan didapat tak akan lebih dari nominal yang dibayar setiap bulan.
2. Selain tentukan tujuan arisan, masyarakat juga harus logis. Jangan sampai terjebak dengan iming-iming keuntungan selangit jika ikut suatu arisan.
“Logis artinya rasional, tidak mungkin orang memberikan uang banyak ke kita, padahal kita hanya sektor lebih sedikit,” ujar Tongam.
Artinya, masyarakat harus logis. Tak pernah ada cerita orang mendapatkan keuntungan secara nominal dengan mengikuti arisan, baik konvensional maupun online.
3. Masyarakat harus memperhatikan poin-poin yang ditawarkan sebelum mengikuti arisan, khususnya arisan online. Selain itu, masyarakat juga harus paham mekanisme arisan yang hendak diikuti.
Jika ada iming-iming imbal hasil besar dengan nominal selangit ditambah bonus, maka bisa dibilang ciri-ciri investasi bodong.
4. Masyarakat membayar arisan dengan uang ‘me time’ atau ‘uang dingin’. Artinya, jangan sampai dana yang dialokasikan masuk ke pos tabungan dan investasi justru digunakan membayar iuran arisan.