BeritaPerbankan – Sejumlah pakar ekonomi dan keuangan memprediksi krisis ekonomi akan melanda dunia tak terkecuali Indonesia. Resesi di tahun 2023 sulit untuk dihindari. Bahkan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya menyampaikan bahwa badai ekonomi akibat dinamika global akan datang.
“Akhirnya badai itu datang,” kata Jokowi saat memberikan pengarahan dalam Sidang Kabinet Paripurna yang digelar di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip Jumat (14/10/2022).
Kata ‘resesi’ menjadi populer belakangan ini karena masif nya pemberitaan dan konten-konten dari para pegiat media sosial yang konsen terhadap kondisi keuangan dan ekonomi.
Ancaman resesi 2023 patut diwaspadai. Persiapan menghadapi tahun 2023 harus dilakukan sejak sekarang. Presiden Jokowi bahkan menyebut kondisi akibat resesi tahun 2023 diperkirakan akan lebih besar dibandingkan tahun 1998 silam.
Hal itu disampaikan Jokowi mengingat banyaknya negara yang menjadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF). Setidaknya ada 28 negara yang masuk dalam daftar antrean pasien IMF.
“Dari pertemuan di Washington DC, 28 negara sudah antre di markasnya IMF menjadi pasien,” kata Jokowi.
Resesi ekonomi di tahun 2023 akan berdampak lebih besar dan global, berbeda dengan kondisi krisis 1998 yang menimpa negara-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara sehingga dampak secara global akan lebih parah.
Reuters mengatakan sejumlah negara sedang berada di ujung jurang kebangkrutan dan menanti bantuan IMF. Beberapa diantaranya sudah mendapat bantuan dari IMF sementara sebagian lainnya sedang dalam proses negosiasi.
Berdasarkan rangkuman data Reuters beberapa negara yang menjadi pasien IMF diantaranya Sri Lanka, Argentina, Lebanon, Turki, Ghana, Mesir hingga Kenya.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkan diri menghadapi gejolak ekonomi tahun 2023?. Jawabannya adalah cermat dalam mengelola keuangan sejak sekarang.
Berikut ini sejumlah tips yang bisa anda terapkan untuk mengelola keuangan di tengah krisis ekonomi yang kami rangkum dari berbagai sumber:
1. Menambah Sumber Pendapatan Tambahan
Inflasi yang tinggi membuat nilai uang semakin berkurang karena harga berbagai kebutuhan. Maka kita perlu menambah pemasukan untuk memenuhi kebutuhan, tabungan dan investasi.
Meningkat jumlah pemasukan juga akan menciptakan kesehatan finansial sehingga tidak perlu berhutang untuk keperluan konsumsi.
2. Berhemat
Meskipun resesi diprediksi baru akan terjadi pada tahun 2023, tidak ada salahnya kita mulai berhemat sejak sekarang. Tersisa tiga bulan lagi menuju tahun 2023 harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk lebih cermat dalam mengelola keuangan.
Pangkas pengeluaran tersier dan kebutuhan tidak mendesak. Tujuan penghematan dalam mempersiapkan diri menghadapi krisis adalah untuk memastikan kita memiliki kas yang bisa dialokasikan untuk bayar utang, investasi, menabung dan dana darurat.
3. Atur Ulang Pengeluaran
Kurangi pos pengeluaran yang bersifat keinginan. Misal pos anggaran untuk traveling, nongkrong di Cafe, belanja pakaian bermerek sebaiknya dikurangi dan masukan ke dalam tabungan dan dana darurat sebagai persiapan menghadapi resesi.
4. Kurangi Berutang
Segera lunasi utang anda jika memungkinkan atau setidaknya kurangi berhutang khususnya utang berbunga seperti utang di bank, Pinjaman Online atau paylater.
Sebaiknya anda mulai membayar utang berbunga tinggi karena membayar utang berbunga tinggi di masa krisis akan membuat kondisi kesehatan finansial keluarga menjadi terganggu.
5. Siapkan Dana Darurat
Kurangi pengeluaran dan perbanyak dana darurat. Dampak resesi salah satunya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK). Apabila anda seorang pedagang atau pengusaha, di tengah kondisi krisis sektor bisnis akan terdampak sebab orang-orang akan lebih berhemat.
Siapkan dana darurat setidaknya 3-6 bulan kali gaji untuk bertahan jika resesi mengakibatkan anda kehilangan sumber penghasilan.
6. Asuransi
Siapkan asuransi kesehatan dan jiwa dari sekarang. Biaya perawatan di rumah sakit dapat dibayarkan oleh asuransi dan jika pencari nafkah meninggal dunia di tengah krisis maka asuransi bisa menjadi pelindung bagi keluarga yang ditinggalkan.