Beritaperbankan – Varian Omicron naik secara signifikan pada pekan ini. Perkiraan pemerintah, pada akhir bulan Februari ini gelombang Omicron bakal mencapai puncak penularan di Indonesia.
Di tengah penyebaran varian omicron yang mengancam, bagaimana dampaknya terhadap bursa saham? Ledakan kasus covid-19 varian omicron ini berpeluang membuat pemerintah kembali memperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Berikut pandangan berbeda beberapa analis mengenai arah bursa saham jika gelombang ketiga terus bergulir dan PPKM kembali diperketat:
- Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menilai bahwa kondisi tersebut bakal menjadi sentimen negatif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jika PPKM kembali naik ke level 3 apalagi 4, mobilitas masyarakat kembali terbatas. Hal ini akan mengganggu pemulihan ekonomi yang sedang melaju. “Apabila terjadi gelombang ketiga dan pemerintah menaikkan level PPKM ini akan menjadi penekan IHSG untuk jangka pendek dan IHSG berpotensi terkoreksi,” kata Andhika saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (6/2). Dilihat dari Analisis Elliott Wave, sebut Andhika, IHSG berpotensi untuk membentuk wave [e] dari wave 4 dengan target koreksi ke level 6.570-6.600.
- Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pergerakan IHSG sepekan terakhir belum menunjukkan kekhawatiran lonjakan kasus omicron. IHSG mengalami penguatan dan tampak akan menguji area resistance di 6.738-6.754. “Namun demikian dengan meningkatnya kasus omicron menjadi kekhawatiran tersendiri akan pengetatan PPKM dan dikhawatirkan membawa dampak negatif untuk IHSG sendiri,” ujar Herditya. Secara teknikal, apabila IHSG belum menembus level resistance-nya, maka IHSG akan menguji level area 6.600-6.650 terlebih dahulu untuk area koreksi terdekatnya. Herditya bilang, pelaku pasar tetap dapat mencermati area resistance sebagai acuan.
- Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova memandang bahwa pelaku pasar masih cukup percaya diri. Terlebih jika melihat aksi beli asing yang meningkat pada perdagangan Jum’at (4/2) dengan net buy Rp 870 miliar. “IHSG pun saat ini bergerak mendekati resistance 6.754 yang jika ditembus akan mengonfirmasi bullish continuation,” ungkapnya. Melihat IHSG yang masih tangguh, Ivan memperkirakan sekalipun terjadi pengetatan PPKM, maka koreksi yang bisa terjadi pada IHSG relatif terbatas. Yakni ke area 6.575-6.600.
Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder dan CEO Finvesol Consulting Fendi Susiyanto juga menyuarakan nada yang optimistis. Dia memperkirakan, dampak terhadap bursa saham tidak akan signifikan, berbeda dengan gelombang covid-19 sebelumnya. Ada sejumlah faktor yang menjadi sumber optimisme tersebut:
- Progres vaksinasi yang terus berjalan, bahkan sudah ke dosis ketiga (booster) menjadikan pasar lebih percaya diri dalam penanganan pandemi di Indonesia. Berbeda saat gelombang pertama dan kedua, ketika vaksinasi masih wacana atau baru di tahap awal.
- Selain pemerintah yang sudah lebih siap dari sisi kebijakan, pelaku pasar pun tampak bisa lebih cermat dalam menganalisis situasi. “Jadi pasar sudah cukup kebal dengan perkembangan (kasus covid) terbaru. Dengan keyakinan pasar yang besar, indeks juga tetap mengalami apresiasi,” sebut Fendi.
- Para emiten juga sudah lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis saat ini.
Fendi memandang sudah ada perubahan model bisnis di kalangan perusahaan, sehingga kondisi pandemi yang masih berlangsung serta pengetatan PPKM sekalipun tidak lagi secara telak memukul kelangsungan usahanya. Memang, dampak terhadap setiap sektor akan berbeda. Tetapi, Fendi menggambarkan bahwa sektor yang pada gelombang pandemi sebelumnya sangat terdampak seperti ritel pun sudah beradaptasi. Terutama lewat pengembangan saluran penjualan dan proses bisnis secara online atau lebih terdigitalisasi.
“Emiten sudah banyak menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan bisnis yang baru. Sehingga dampak dari pembatasan sosial bisa lebih terantisipasi,” sebut Fendi.
Dia bahkan menilai pasar lebih mencermati magnitude yang datang dari arah kenaikan suku bunga The Fed. Jika omicron menjadi sumber kekhawatiran pasar, kata Fendi, maka IHSG akan berada di level 6.500 ke bawah. Tetapi, IHSG masih bisa menembus level 6.600 bahkan bertengger di 6.731 pada penutupan perdagangan pekan lalu.
Cermati sektor dan saham ini Dalam konsisi tersebut, Fendi menjagokan sejumlah saham di sektor kesehatan dan pertambangan, yang berpotensi mengalami penguatan. “Sedangkan saham yang berpotensi koreksi ialah saham ritel dan mal,” sebut Fendi.