TRENDING
LPS: Plus Minus Risiko Gagal Bayar AS Bagi Indonesia 9 hours ago
UMKM Terjerat Rentenir, LPS Dorong BPR Berani Bersaing 10 hours ago
Ingin Terapkan Digitalisasi, BPR dan BPRS Masih Punya Kendala Ini 1 day ago
Rebut Pasar Rentenir, Momentum BPR Kembangkan Bisnis dan Usahanya 1 day ago
Banyak Masyarakat Terjebak Rentenir, LPS: Peran BPR Sangat Dibutuhkan 1 day ago
berikutnya
sebelum
Search
28/05/2023
  • Home
  • Ekonomi
  • Finansial
  • Bank
  • Fintech
  • Saham
  • Syariah
  • Teknologi
  • Infographic
  • Video
Menu
  • Home
  • Ekonomi
  • Finansial
  • Bank
  • Fintech
  • Saham
  • Syariah
  • Teknologi
  • Infographic
  • Video
Search
Close
  • Home
  • Ekonomi
  • Finansial
  • Bank
  • Fintech
  • Saham
  • Syariah
  • Teknologi
  • Infographic
  • Video
Menu
  • Home
  • Ekonomi
  • Finansial
  • Bank
  • Fintech
  • Saham
  • Syariah
  • Teknologi
  • Infographic
  • Video
Home Ekonomi

Banyak Negara Tinggalkan Dolar AS, Bos LPS: Orang Masih Suka Dolar, Suplai Dolar di Pasar Cukup

oleh Permadi
27/05/2023
in Ekonomi
Reading Time:2 mins read
0 0
0
Tabungan Orang Kaya di Bank Umum Terus Naik, Begini Penjelasan LPS
0
SHARE
2
VIEWS
Share on WhatssappShare on Twitter

Berita Perbankan – Keperkasaan mata uang dolar AS sebagai mata uang cadangan devisa global perlahan mulai terkikis setelah aksi meninggalkan dolar (dedolarisasi) yang dilakukan oleh sejumlah negara.

Dalam kerjasama perdagangan bilateral negara-negara di Asia dan Afrika mulai menjajaki penggunaan mata uang lokal masing-masing negara dalam kegiatan perdagangan internasional dan mulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap dolar AS yang selama ini mendominasi cadangan devisa global di dunia.

Aksi dedolarisasi yang terjadi di Asia mengekor kebijakan China dan Brasil yang menyerukan untuk meninggalkan dolar AS. Kedua negara tersebut menyepakati penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan pada Maret 2023 dengan nilai perdagangan tercatat menembus angka US$ 171,49 miliar.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan fenomena ‘buang dolar’ oleh sejumlah negara berimbas pada berkurangnya penggunaa dolar secara global. Data Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan adanya penurunan jumlah dolar di pasar global yang awalnya berkisar 70 persen, kini hanya tinggal 50 persen.

“Dalam sebuah konferensi di AS, Senin waktu setempat, ia berujar perubahan telah terjadi. “Ada pergeseran bertahap dari dolar, dulunya 70% dari cadangan, sekarang sedikit di bawah 60%,” tegas Perry.

Meski demikian menurut data Komposisi Mata Uang Cadangan Devisa (COFER) IMF, dolar AS masih mendominasi cadangan devisa global pada kuartal empat tahun 2022 sebanyak 58,36 persen.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa menilai dolar AS masih relatif kuat meskipun sejumlah negara mulai meninggalkan dolar dan beralih ke mata uang lokal dalam perdagangan bilateral maupun pembiayaan dalam negeri.

“Suplai di pasar cukup, dolar simpanan masih cukup baik. Tidak ada gerakan atau pergerakan atau bahwa kita atau orang-orang meninggalkan dolar,” katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat (26/5/2023).

Purbaya mengatakan pada tahun 1970-an para pengamat memprediksi dolar AS akan tergeser dengan yen Jepang seiring dengan pertumbuhan ekonomi negeri sakura itu yang terus menguat, namun dolar AS berhasil mementahkan perkiraan para ekonom. Kebangkitan mata uang euro di Eropa juga belum dapat menggeser dominasi dolar AS.

Purbaya juga mengatakan bahwa dolar AS beberapa kali menangkis perkiraan pengamat. Saat pertumbuhan ekonomi Jepang menguat tahun 1970-an, banyak ekonom menilai yen akan menggeser dolar AS. Begitu pula dengan mata uang euro yang ternyata kebangkitannya tidak membuat posisi dolar AS bergeser.

“Orang masih suka dolar. Sebagian besar masih pakai dolar, 80% lebih,” kata Purbaya.

Sejumlah negara, termasuk Indonesia, kekinian terus berupaya mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dengan memperkuat mata uang lokal melalui kerjasama penggunaan transaksi mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) yang memungkinkan pembayaran lintas negara (cross border) dengan mata uang lokal masing-masing negara.

Bank Indonesia dan Bank of Korea (BoK) sepakat menggunakan mata uang lokal rupiah dan won dalam transaksi perdagangan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan.

BI juga sudah menyepakati kerjasama serupa dengan India, dan sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina pada November 2022 dalam agenda KTT G20 di Bali.

Perry tak menampik adanya fenomena dedolarisasi, namun upaya BI dan sejumlah bank sentral di Asia Tenggara sebagai upaya memperkuat mata uang lokal yang akan berdampak pada stabilitas rupiah.

Dengan adanya LCT, WNI yang ingin berbelanja di negara yang dikunjungi dapat bertransaksi dengan mata uang rupiah sehingga lebih mudah dan praktis. Hal itu juga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata.

Fenomena dedolarisasi, dikatakan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgievas perlahan akan menggeser dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia.

Di sisi lain, aksi meninggalkan dolar AS didorong oleh sanksi Amerika Serikat untuk Rusia. Tren ini berdampak positif terhadap kebangkitan sejumlah mata uang lokal, mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

 

 

Tags: ASEANBank IndonesiaBIdolar ASKTT G20LCTlembaga penjamin simpananLPSPerry WarjiyoPurbaya Yudhi Sadewarupiahyen
Previous Post

Wow, TikTok Shop Berkembang Pesat di Asia Tenggara

Next Post

Banyak Masyarakat Terjebak Rentenir, LPS: Peran BPR Sangat Dibutuhkan

Next Post
Permodalan Perbankan Nasional Semakin Tebal, LPS Berikan Apresiasi untuk Industri Perbankan

Banyak Masyarakat Terjebak Rentenir, LPS: Peran BPR Sangat Dibutuhkan

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kopiko Sering Muncul di Drama Korea, Dapat Untung Berapa?

Kopiko Sering Muncul di Drama Korea, Dapat Untung Berapa?

21/09/2021
Marak KSP Bermasalah Tawarkan Pinjaman Via SMS!

Marak KSP Bermasalah Tawarkan Pinjaman Via SMS!

26/05/2022
Permodalan Perbankan Nasional Semakin Tebal, LPS Berikan Apresiasi untuk Industri Perbankan

Ketua LPS: Keadaan Perbankan Sangat Solid, Belum Terlihat Tanda-tanda Bank Gagal Bayar

24/05/2023
Strategi Erick Thohir Membangun Ekosistem Ekonomi Syariah yang Kuat

Pastikan Simpanan Nasabah Bank Syariah Dijamin, Purbaya: LPS Menjamin Simpanan pada Seluruh Jenis Bank

24/05/2023
Fenomena Dedolarisasi, Bisakah Negara Asia Lepas Dari Dolar?

Fenomena Dedolarisasi, Bisakah Negara Asia Lepas Dari Dolar?

26/05/2023
LPS: Plus Minus Risiko Gagal Bayar AS Bagi Indonesia

LPS: Plus Minus Risiko Gagal Bayar AS Bagi Indonesia

28/05/2023
Jangan Khawatir, Simpanan Nasabah di BPR/BPRS Juga Dijamin LPS Hingga Rp 2 M

UMKM Terjerat Rentenir, LPS Dorong BPR Berani Bersaing

28/05/2023
Ingin Terapkan Digitalisasi, BPR dan BPRS Masih Punya Kendala Ini

Ingin Terapkan Digitalisasi, BPR dan BPRS Masih Punya Kendala Ini

27/05/2023
Rebut Pasar Rentenir, Momentum BPR Kembangkan Bisnis dan Usahanya

Rebut Pasar Rentenir, Momentum BPR Kembangkan Bisnis dan Usahanya

27/05/2023
Permodalan Perbankan Nasional Semakin Tebal, LPS Berikan Apresiasi untuk Industri Perbankan

Banyak Masyarakat Terjebak Rentenir, LPS: Peran BPR Sangat Dibutuhkan

27/05/2023

About Us

Privacy Policy

Redaksi

Pedoman Media Siber

© 2021 Beritaperbankan.id All Rights Reserved.

Add BeritaPerbankan.id to your Homescreen!

Add