BeritaPerbankan – Sejumlah pakar ekonomi memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia masih akan tetap bertahan di level 3,50 persen di tengah inflasi saat ini sebesar 3,4 persen, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada 23-24 Mei 2022.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz memprediksi suku bunga acuan BI masih akan tertahan di level 3,50 persen, yang didukung oleh neraca perdagangan RI yang mencatatkan surplus besar US$ 0,2 miliar atau setara 0,1% Produk Domestik Bruto (PDB).
“Keseimbangan eksternal yang sehat akan membantu meredam dampak peningkatan suku bunga kebijakan The Fed yang agresif. BI bisa fokus untuk menjaga inflasi domestik,” ujar Faiz pada Minggu (2/5).
Namun Faiz memproyeksikan BI akan menaikan suku bunga acuan pada kuartal III tahun 2022 sebanyak 25 basis poin (bps).
Kepala ekonom Danareksa Research Institute (DRI) Rima Prama Artha memiliki perkiraan yang senada dengan Faiz. Rima mengatakan BI akan menaikan suku bunga acuan lebih cepat sebagai respon terhadap inflasi harga barang dan jasa akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sementara pada RDG Mei 2022 Rima mengatakan suku bunga acuan masih akan berada di level 3,50 persen.
Meski inflasi masih relatif tinggi yaitu 3,4 persen namun analis Kiwoom Sekuritas Rizky Khaerunnisa memperkirakan BI belum akan menaikan suku bunga acuan. Namun Rizky mengatakan kemungkinan BI akan menaikan suku bunga acuan 2 hingga 3 kali kenaikan sesuai asumsi BI.
Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyan memproyeksikan BI akan menaikan suku bunga acuan merespon Fed Fund Rate yang diprediksi terus bergerak agresif. Menurutnya kenaikan tersebut hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja.
“Tinggal waktunya saja yang masih dipertimbangkan melihat situasi dan kondisi,” kata Desy.
Namun Desy meyakini suku bunga acuan belum akan naik pada bulan Mei terlebih masih ada kekhawatiran kasus Covid-19 kembali melonjak pasca libur mudik lebaran kemarin.
Apabila BI menaikan suku bunga acuan pada bulan Mei, Desy mengatakan hal itu akan berdampak pada penurunan harga saham perbankan dalam jangka pendek. Kenaikan suku bunga acuan akan mempengaruhi pergerakan likuiditas perbankan sehingga berimbas pada berkurangnya uang yang beredar di masyarakat.
Desy menambahkan dampak kebijakan menaikan suku bunga acuan dalam jangka menengah dan jangka panjang tidak akan terlalu signifikan. Harga saham perbankan diprediksi akan terus naik dan permintaan kredit juga masih akan terus tumbuh.