BeritaPerbankan – Bank Indonesia memproyeksikan kebutuhan uang tunai pada momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022 menurun dibandingkan tahun lalu.
BI memprediksi penurunan kebutuhan uang tunai pada libur Nataru 2022 sebanyak 2,6%. Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim mengatakan kebutuhan uang tunai hingga akhir tahun 2022 diperkirakan mencapai Rp 115,2 triliun. Jumlah tersebut turun dari kebutuhan tahun lalu yang mencapai Rp 118,3 triliun.
Meski demikian jumlah transaksi non tunai justru mengalami tren kenaikan dimana masyarakat lebih memilih bertransaksi melalui metode transfer via mobile banking, dompet digital dan QRIS.
Sejumlah bank sudah mempersiapkan tambahan uang tunai untuk mengakomodir kebutuhan uang tunai pada libur Natal dan Tahun Baru 2022.
BI memprediksi jumlah kebutuhan uang kuartal tersebut berdasarkan data jumlah penarikan uang tunai di bank dengan mempertimbangkan level PPKM di setiap wilayah.
“Perkiraan kebutuhan itu diwakili oleh penarikan perbankan di seluruh Indonesia dengan memperhatikan level pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di setiap wilayah dan program pemerintah,” kata Marlison, Jumat (3/12).
Persiapan Sejumlah Bank Menjelang Libur Nataru 2022
Meski BI memproyeksikan ada tren penurunan kebutuhan uang tunai pada libur Nataru tahun ini, namun sejumlah bank tetap mengantisipasi dengan menyediakan tambahan uang tunai.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang memiliki jaringan hingga ke wilayah pelosok telah menyiapkan kas sebanyak Rp 30,4 triliun untuk memenuhi kebutuhan uang tunai di libur Nataru, yang mana jumlah tersebut justru naik 4,8% dibandingkan tahun lalu.
Direktur Jaringan dan Layanan BRI Arga M. Nugraha memprediksi jumlah transaksi nasabah BRI pada libur Nataru 2022 akan mengalami peningkatan seiring dengan menurunnya jumlah kasus Covid-19 dan kondisi perekonomian yang berangsur membaik.
Bank Central Asia (BCA) menyiapkan Rp 33,2 triliun atau bertambah 9% dari dibandingkan tahun 2020 lalu, untuk kebutuhan penarikan uang tunai di mesin ATM pada libur Nataru 2022.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan meski pandemi masih berlangsung transaksi perbankan diprediksi mengalami tren peningkatan yang didorong oleh pelonggaran mobilitas masyarakat.
Mengantisipasi melonjaknya penarikan uang tunai jelang libur Natal dan Tahun baru, Bank Mandiri menyiapkan kas sebesar Rp 20 triliun atau naik 19% dari periode yang sama di tahun 2020.
Direktur Operational Bank Mandiri Toni EB Subari memproyeksikan peningkatan kebutuhan uang tunai terutama melalui mesin ATM. Hal ini dorong oleh sejumlah perusahaan yang memberikan uang THR libur Natal dan Hari Belanja Online Nasional (harbolnas).
Bank Negara Indonesia (BNI) telah menyiapkan uang tunai menyambut libur Nataru 2022 lebih banyak 2,68% dari realisasi tahun lalu Rp 14,9 triliun menjadi Rp. 15,3 triliun.
Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom mengatakan peningkatan kebutuhan uang tunai pada libur Nataru 2022 didorong oleh kembali dibukanya pusat perbelanjaan, Mall, Bisokop, Hotel dan lokasi wisata di berbagai daerah.
Proyeksi Belanja Selama Nataru 2022
Ketidakpastian kebijakan pemerintah jelang akhir tahun 2021 berpengaruh pada proyeksi belanja masyarakat selama libur Nataru tahun ini.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira memprediksi kebijakan mobilitas yang berubah-ubah berimplikasi pada rendahnya belanja masyarakat selama libur Nataru tahun ini.
Bhima menyebutkan wacana kebijakan PPKM level 3 selama libur Nataru yang kemudian dibatalkan membuat masyarakat bingung dan diliputi kekhawatiran untuk melakukan perjalanan liburan.
Ditambah lagi dengan kebijakan ganjil genap di jalan tol makin membuat masyarakat enggan mengambil risiko bepergian selama liburan. Padahal menurut Bhima belanja masyarakat selama Nataru paling besar disumbang oleh perjalanan liburan.
Bhima memproyeksikan belanja masyarakat selama Nataru 2022 masih rendah akibat banyaknya akomodasi hotel yang dibatalkan, kebijakan pembatasan kerumunan di lokasi wisata.
Di sisi lain Bhima melihat masyarakat golongan ekonomi menengah menahan diri untuk belanja atau berlibur selama Nataru untuk mempersiapkan diri menghadapi inflasi dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok pada tahun 2022.
Kebijakan tarif PPn yang naik 11%, penyesuaian harga BBM non subsidi hingga kenaikan ytarif listrik semakin membuat kelas menengah menunda berlibur dan lebih berhemat.
Masuknya varian Omicron ke Indonesia tidak bisa dipungkiri menjadi ancaman baru terhadap perekonomian nasional jika tidak ditangani secara serius.
Bhima mengatakan konsumsi rumah tangga pada tahun 2021 belum menunjukan grafik yang signifikan dibandingkan sebelum pandemi tahun 2019.
“Dengan faktor-faktor itu maka dampak komsumsi rumah tangga tahun ini relatif belum akan tinggi atau belum bisa kembali ke level sebelum pandemi pada 2019.” pungkas Bhima