BeritaPerbankan – Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%. Proyeksi tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 yang berada di level 3,51% yoy. Terlebih pada tahun 2021 kondisi perekonomian harus menghadapi tantangan meledaknya kasus covid-19 varian delta.
Kekinian situasi pandemi mulai terkendali dengan melandainya grafik kasus positif covid-19 di banyak wilayah di Tanah Air. Kondisi itu menumbuhkan Optimisme pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 akan jauh lebih baik.
Program pemulihan ekonomi nasional yang menjadi tema besar perekonomian tahun 2022 diprediksi akan semakin membuahkan hasil seiring dengan pemerataan vaksinasi di seluruh wilayah di Indonesia, pertumbuhan struktural yang kuat serta sejumlah kebijakan fiskal dan finansial yang dikeluarkan oleh pemerintah diklaim mampu mendorong prospek pertumbuhan ekonomi tahun 2022.
Hal senada disampaikan oleh Senior Economist Bank DBS Indonesia Radhika Rao yang menilai target pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi mampu diwujudkan dengan dorongan dari tiga faktor penting berikut ini.
Pertama, pemerataan vaksinasi Covid-19 pada tahun 2022 diprediksi vaksinasi dua dosis mampu mencapai target 99% dari total populasi penduduk dewasa pada bulan Maret 2022
Radhika mengatakan kunci utama keberhasilan penanganan pandemi adalah pemerataan vaksinasi agar masyarakat dapat beraktifitas secara leluasa, kesehatan masyarakat membaik sehingga kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan baik.
Vaksinasi yang masif dan terstruktur mendorong naiknya mobilitas masyarakat yang berdampak positif terhadap pertumbuhan aktifitas ekonomi. Sehingga grafik pertumbuhan konsumsi rumah tangga, pemerintah, investasi dan ekspor-impor akan mengalami peningkatan.
Kedua, Pemerintah diprediksi akan lebih banyak menyalurkan dana investasi pada sektor hilir, pembiayaan akselerasi program percepatan digitalisasi yang mampu memberikan dorongan kuat terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ketiga, laporan fiskal Indonesia yang memuaskan dan langkah-langkah untuk mengurangi pajak pada ratio GDP akan memperkuat rasio utang dibandingkan negara lain di Asia,” kata Radhika dalam siaran pers, Kamis (2/12).
Dari sisi pemerintah sendiri, Kementerian Keuangan telah mengesahkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2022.
Staf Khusus Menteri Bidang Komunikasi Strategis Kemenkeu, Yustinus Prastowo mengatakan terdapat empat poin penting dalam RAPBN 2022 yaitu pertumbuhan ekonomi ditargetkan berada di kisaran 5,2% hingga 5,5%. Laju Inflasi disepakati di level 3%. Ketiga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS maksimal Rp 14.350 per dolar AS. Dan keempat, tingkat suku bunga Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun 2022 ditetapkan sebesar 6,8%.
Prospek Investasi Tahun 2022
Asumsi dasar ekonomi makro RAPBN menurut Yustinus berpotensi memperbesar peluang bagi masyarakat untuk berinvestasi dengan sejumlah kebijakan perpajakan untuk mendukung keberlangsungan industri pasar modal.
Proyeksi serupa juga dikemukakan oleh Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan. Ia optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 akan tercapai dengan sejumlah faktor pendorong yang cukup mumpuni.
Menurut Katarina kondisi perekonomian Indonesia termasuk sehat dibandingkan negara-negara di Asia. Laju inflasi Indonesia dalam kondisi relatif aman di tengah tren kenaikan laju inflasi di sejumlah negara termasuk AS sehingga memaksa The Fed mempercepat langkah tapering off.
Indonesia sebagai produsen besar sejumlah komoditas penting di dunia dinilai mampu berkontribusi menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran (natural hedge) sehingga kondisi kas negara relatif stabil.
Kondisi perekonomian Indonesia yang stabil menjadi daya tarik bagi para investor yang mulai menjajaki tren diversifikasi investasi yang dipengaruhi oleh kondisi pandemi dan geopolitik.
“Aliran dana asing telah kembali masuk ke pasar saham, bahkan semakin kuat menjelang pengetatan moneter The Fed. Indonesia akan bertumbuh karena pembukaan kembali perekonomian pada tahun 2022,” ujar Katarina.
Katarina menyebut sektor ekonomi digital memiliki prospek cerah dengan pertumbuhan yang kuat terutama sektor telekomunikasi, teknologi dan green economy. Ia menilai pasar obligasi mampu menghadapi dinamika sentimen global dengan dukungan stabilitas fundamental makro yang akan menjaga volatilitas pasar obligasi Indonesia di tahun 2022.