BeritaPerbankan – Dalam seminar hybrid bertajuk “Merdeka Finansial di Era Digital” yang digelar pada Kamis (18/8), Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memberikan nasehat kepada para investor pemula khususnya generasi milenial yang mulai melek investasi.
Purbaya mengatakan berinvestasi harus disertai dengan pemahaman yang cukup terhadap karakteristik dan risiko setiap produk investasi yang akan dipilih. Pemahaman terhadap literasi keuangan mutlak diperlukan agar kegiatan investasi tidak menimbulkan potensi kerugian yang besar.
Purbaya menambahkan fenomena generasi Z masuk dunia investasi merupakan kabar gembira sekaligus peringatan dini.
Di satu sisi meningkatnya jumlah investor pasar modal yang kekinian tercatat 9,3 juta investor mengindikasikan meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya anak-anak muda dalam mengelola keuangan melalui instrumen investasi.
Fenomena tersebut tidak terlepas dari tingginya penggunaan media sosial di kalangan anak-anak muda. Termasuk ketertarikan untuk berinvestasi didorong oleh banjir informasi di media sosial soal investasi yang dilakukan para influencer maupun selebritis.
Purbaya berharap investor pemula yang masuk dunia investasi tidak sekedar ikut-ikutan tren, namun harus diimbangi dengan pemahaman yang baik tentang literasi keuangan.
“Kalau kita tak ajari mereka, mereka bisa kapok berinvestasi. Forum ini berguna untuk meningkatkan literasi ke masyarakat. Membekali diri untuk berhasil di pasar finansial itu penting,” tutur Purbaya.
Memberikan literasi keuangan kepada generasi milenial masuk dalam program LPS. Purbaya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengambil peran meningkatkan literasi keuangan melalui platform social media, agar pesan penting isu keuangan dapat tersampaikan dengan efektif dan eifisen.
Salah satu kegiatan yang dilakukan LPS misalnya menggelar kontes pembuatan video pendek terkait isu-isu keuangan yang bertajuk ‘LPS CreaVid Competition’ yang merupakan rangkaian acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) yang akan digelar September mendatang.
Purbaya mengungkapkan investor pemula khususnya anak-anak muda gemar memilih proudk investasi berisiko tinggi karena menjanjikan imbal hasil yang tinggi pula.
Karakteristik investor pemula memang selalu ingin mendapatkan keuntungan besar dalam waktu yang cepat. Namun mereka lupa untuk melakukan riset yang matang sebelum berinvestasi.
“Generasi muda cenderung tergiur dengan investasi yang berisiko tinggi. Risikonya tidak dipelajari sama sekali, makanya flexing laku,” ujarnya.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukan adanya peningkatan jumlah investor pasar modal dari 1,6 juta investor pada tahun 2018, melonjak drastis pada Juli 2022 menjadi 9,3 juta investor.
Jumlah investor reksadana berkontribusi paling tinggi dengan 8,6 juta investor, investor saham 4,1 juta investor dan investor Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sebanyak 736,4 ribu.
Menanggapi lonjakan signifikan jumlah investor di tanah air, Purbaya mengatakan hal itu mengindikasikan tingginya indeks inklusi keuangan. Namun terdapat gap yang cukup lebar antara inklusi keuangan dan tingkat literasi keuangan.
“Minat investasi di pasar modal mengalami kenaikan yang impresif, padahal sejak puluhan tahun lalu peningkatan tak banyak terjadi. Inklusi dan literasi keuangan semakin meningkat, namun terdapat gap antara inklusi dengan literasi. Selain itu, juga terdapat gap inklusi dan literasi antar wilayah di Indonesia,” ujar Purbaya.
Mantan Kepala Ekonom Danareksa Sekuritas tersebut menyarankan anak-anak muda untuk melakukan profiling sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Profiling yang dimaksud adalah menyesuaikan pengelolaan keuangan sesuai dengan jumlah pendapatan dan pos pengeluaran prioritas tinggi.
Purbaya menambahkan seseorang dapat mulai berinvestasi jika sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar, asuransi dan memiliki dana darurat.
Seperti kita ketahui investasi selalu diikuti oleh potensi risiko. Pastikan sebelum berinvestasi seorang investor sudah memiliki dana cadangan sebagai langkah antisipasi jika investasinya merugi maka masih bisa memenuhi kebutuhan dasar dari dana cadangan tersebut.
Terakhir Purbaya berpesan kepada investor pemula atau calon investor untuk tidak berhutang demi berinvestasi. Return dari investasi tidak selalu pasti berhasil, ada risiko yang harus diantisipasi. Ia juga meminta para investor untuk sabar menjalani proses untuk memperoleh keuntungan lewat investasi.
Jangan tergiur dengan ajakan berinvestasi yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu yang cepat. Tidak ada investasi return tinggi yang diperoleh secara instan, semuanya perlu waktu dan proses.
“Kuncinya sabar. Jangan anggap investasi itu bisa bikin langsung kaya. Jangan berutang dalam berinvestasi karena bunga pinjaman itu sudah pasti, sedangkan return investasi belum pasti,” tutur Purbaya.