BeritaPerbankan – Tren penurunan suku bunga tabungan mencapai 0 persen kekinian menjadi perbincangan hangat. Padahal Bank Indonesia (BI) baru saja mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen pada 22 Agustus 2022 dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).
Penurunan suku bunga tabungan yang nyaris mendekati 0 persen per tahun dijelaskan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa berkaitan dengan kondisi likuiditas perbankan yang cukup ample dari tahun ke tahun.
Hal itu terlihat dari rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan AL/DPK, yang masih berada di atas ambang batas wajar masing-masing pada level 50 persen dan 10 persen yaitu 124,45 persen dan 27,92 persen per Juli 2022.
Purbaya menambahkan tingkat bunga simpanan merupakan price of deposit yang ditentukan oleh faktor supply and demand. Kemudian terkait dengan pengumuman kenaikan suku bunga acuan BI yang kini berada di level 3,75 persen, dikatakan Purbaya tidak akan langsung berdampak terhadap kenaikan suku bunga simpanan sebab industri perbankan membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kebijakan yang baru (time lag).
“Sementara itu, tercatat total simpanan perbankan pada Juli 2022 tumbuh sebesar 8,39 persen yoy. Ample-nya likuiditas perbankan dari sisi supply ini, membuat perbankan memiliki cost of fund yang relatif rendah. Di sisi lain, transmisi kebijakan moneter memiliki time lag, sehingga dampaknya ke industri perbankan akan memerlukan waktu,” kata Purbaya, Kamis (8/9).
LPS melaporkan hingga Juli 2022 simpanan perbankan mengalami kenaikan sebesar 8,39 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 7.628 triliun. Begitupun dengan jumlah rekening tabungan yang tumbuh sebanyak 36,44 persen yoy menjadi 491 juta rekening.
Pertumbuhan jumlah rekening dan total simpanan perbankan tersebut mengonfirmasi bahwa likuiditas perbankan nasional masih sangat ample. Sebagian besar dana perbankan telah disalurkan ke dalam sektor riil untuk mendorong pertumbuhan aktivitas ekonomi.
Simpanan nasabah perbankan kategori di atas Rp 2 miliar mengalami kenaikan hingga 11,20 persen yoy sementara itu tiering di bawah Rp 2 miliar naik 4,48 persen yoy.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan tren penurunan suku bunga tabungan sejatinya sudah terjadi sejak tahun 2015. Kondisi tersebut masih terus terjadi bahkan saat BI menaikkan suku bunga acuan pada tahun 2018.
“Hal ini mungkin berkaitan dengan tren likuiditas perbankan yang cukup ample dari tahun ke tahun, sehingga kebutuhan akan pendanaan dari saving account cenderung rendah,” jelasnya.
Tingkat inklusi keuangan yang semakin tinggi mendorong pertumbuhan rekening tabungan di perbankan karena kebutuhan masyarakat untuk melakukan berbagai transaksi keuangan juga meningkat. Namun kekinian terjadi tren pemindahan dana simpanan nasabah dari tabungan ke deposito dan berbagai instrumen investasi.
Adapun kebijakan Bank yang tidak memberikan bunga tabungan alias 0 persen memang terjadi. Terdapat sejumlah bank yang tidak memberikan bunga untuk saldo rekening di bawah Rp 1 juta, bahkan simpanan di bawah Rp 50 juta pun ada yang tidak memperoleh bunga.