BeritaPerbankan – Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa (cadev) negara RI mengalami penurunan cukup banyak pada Desember 2021 bahkan mencapai level terendah dalam 3 bulan terakhir.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan turunnya cadev pada akhir tahun 2021 disebabkan oleh pembayaran utang pemerintah yang menyebabkan cadev turun hingga US$ 1 miliar.
Namun Perry mengatakan masyarakat tidak perlu risau dengan data tersebut karena cadangan devisa Indonesia masih dalam level aman.
BI melaporkan cadangan devisa hingga akhir Desember 2021 sebesar US$ 144,9 miliar turun US$ 1 miliar dari bulan sebelumnya US$ 145,9. Angka tersebut menurut Perry tidak jauh berbeda dengan rekor yang sempat dicapai pada September 2021 sebesar US$ 146,9 miliar
“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,0 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” tulis BI dalam keterangan resminya, Jumat (7/1).
Jumlah cadangan devisa RI diklaim masih sanggup mendukung stabilitas keuangan, ekonomi makro dan ketahanan sektor eksternal.
Perry menambahkan penurunan cadangan devisa negara pada bulan Desember juga disebabkan oleh intervensi pemerintah terhadap dampak kebijakan tapering off (normalisasi kebijakan moneter) Bank sentral AS (The Fed) yang cukup memberikan tekanan terhadap pasar keuangan Indonesia.
BI mencatat rupiah sempat menyentuh level terendah selama tiga bulan terakhir pada bulan Desember hingga menyentuh level Rp 14.448/US$ dan rupiah kala itu tidak sanggup menguat dalam 12 hari perdagangan.
The Fed sendiri sudah mulai melakukan kebijakan tapering off dengan mengurangi pembelian obligasi dan surat berharga pada November 2021 sebesar US$ 15 miliar tiap bulannya. Nilai QE akan terus dinaikkan hingga ke level normal sebelum pandemi.
Namun rupanya The Fed mengambil langkah agresif dengan menambah pengurangan belanja surat berharga dan obligasi menjadi US$ 30 Miliar, sehingga QE yang awalnya selesai pada pertengahan tahun 2022 dipercepat menjadi Maret 2022.
Jerome Powell, pimpinan The Fed memberikan sinyal menaikkan suku bunga akan naik sebanyak 3 kali pada tahun ini. Sejumlah pengamat memprediksi kenaikan pertama suku bunga acuan akan terjadi pada bulan Maret.