BeritaPerbankan – Bank Indonesia menyiapkan Central Bank Digital Currency (CBDC) untuk mendorong percepatan digitalisasi tak terkecuali untuk mata uang rupiah.
Bank Indonesia (BI) meyakini central bank digital currency (CBDC) atau juga disebut sebagai ‘rupiah digital’ merupakan keniscayaan untuk mendukung kepentingan publik di tengah masifnya digitalisasi.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, penerbitan CBDC juga menjadi salah satu agenda prioritas jalur keuangan dalam agenda Presidensi G20 Indonesia. Selain itu, penerbitan CBDC juga penting melihat perkembangan aset digital yang saat ini telah berkembang pesat, aset crypto salahs atunya.
Tujuan akhir dari CBDC, kata Perry dapat dicapai melalui pentingnya pemahaman bersama mengenai teknologi dan kolaborasi inklusif antar negara-negara maju dan berkembang.
Kendati demikian, bank sentral di seluruh dunia perlu memastikan mengenai integrasi, interoperabilitas, dan interkonektivitas infrastruktur pembayaran, yang saling terhubung dengan berbagai infrastruktur pasar keuangan.
“Dimana bank sentral dapat menggunakan acuan untuk mengembangkan CBDC di bawah negara sendiri, juga kesepakatan yang luas antar negara dan kemudian menggunakan CBDC sebagai sistem moneter internasional,” jelas Perry.
General Manager Bank for International Settlements (BIS) Agustín Carstens juga menjelaskan, bahwa CBDC adalah elemen kunci dalam meningkatkan pembayaran lintas batas dan peran katalis bank sentral dalam mendukung interoperabilitas.
Sistem pembayaran yang luas, dapat menciptakan persaingan layanan yang lebih baik dan biaya yang lebih rendah.
“CBDC dapat mengatasi persoalan inklusi keuangan yang belum tersentuh dengan perbankan (unbanked). Ini sangat relevan untuk negara-negara seperti Indonesia yang memiliki wilayah keterjangkauan yang luas dan banyak masyarakat yang belum tersentuh dengan jasa keuangan,” jelas Carstens pada kesempatan yang sama.
“CBDC dapat menjadi peringatan bagi mata uang tradisional untuk mengintegrasikan dengan penyedia jasa keuangan yang bisa disederhanakan,” tutur Carstens lagi.
Artinya, ke depan pemakaian uang kertas bisa jadi akan ditinggalkan karena uang digital akan lebih digemari. Seperti saat ini masyarakat lebih nyaman menggunakan transaksi digital.
Namun, ada sejumlah tantangan yang ditemui BI dalam mengimplementasikan CBDC ini. Dalam keterangannya, BI melihat setidaknya ada tiga tantangan utama dalam penyusunan uang dgital ini:
- Membangun sarana yang efektif dan kuat dalam menerbitkan, mendistribusikan dan mentransfer CBDC. Dalam hal ini kemampuan baru, seperti programabilitas uang serta turut mendukung tersedianya layanan inovatif kepada pengguna.
- Mendukung inklusi keuangan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi oleh masyarakat yang belum memiliki rekening bank dan tidak terjangkau oleh bank.
- Meningkatkan interoperabilitas dan mengaktifkan koneksi serta keterkaitan dalam sistem pembayaran, meningkatkan konektivitas dan interoperabilitas.
BI dalam keterangannya juga menyebutkan CBDC ini bertujuan untuk menghindari dampak fenomena percepatan pertumbuhan transaksi aset digital yang memiliki risiko besar terhadap stabilitas sistem keuangan dan moneter global. Selain itu, transaksi aset digital secara global juga memiliki potensi munculnya praktik kejahatan lintas negara seperti pencucian uang dan pendanaan terorisme.