Beritaperbankan.id – Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 3 November 2022, jumlah investor pasar modal tercatat telah menembus angka 10 juta investor. Hal itu mengacu pada pada Single Investor Identification (SID) yang mencapai 10.000.628.
Jumlah investor pasar modal didominasi oleh investor dalam negeri dengan persentase mencapai 99,78 persen atau setara dengan 9.978.626 investor.
Saat pandemi covid-19 terjadi, jumlah investor pasar modal justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2020 KSEI mencatat jumlah investor pasar modal sebanyak 3.880.753 investor, lalu pada tahun 2021 mengalami pertumbuhan 92,99 persen menjadi 7.489.337 investor dan tahun 2022 kembali meningkat sebanyak 33,53 persen menjadi 10.000.628 investor.
Direktur Utama KSEI, Urip Budhi Prasetyo mengatakan pencapaian tersebut merupakan kabar gembira bagi pasar modal Indonesia. Kesadaran masyarakat untuk berinvestasi semakin bertumbuh. Dominasi investor lokal diharapkan mampu memperkuat ketahanan pasar modal Indonesia terhadap isu global.
“Pencapaian jumlah investor pasar modal yang telah menembus 10 juta tersebut merupakan berita baik bagi pasar modal Indonesia, terlebih lagi jumlah tersebut didominasi oleh investor lokal. Selain menandakan bahwa investor lokal semakin percaya dan sadar pentingnya investasi pasar modal, dominasi investor lokal diharapkan dapat memberikan ketahanan bagi pasar modal Indonesia apabila diterpa isu global”, kata Uriep.
Urip mengatakan peningkatan jumlah investor tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia terjadi pada tahun 2019 hingga 2021 yang nyaris menyentuh 100 persen.
Reksa dana menjadi penyumbang jumlah investor terbesar saat ini dengan jumlah investor mencapai 9,3 juta investor atau naik 36,04 persen dari data tahun 2021.
Jumlah investor saham per november 2022 tercatat sebanyak 4,3 juta investor dan investor surat berharga negara tumbuh 31,53 persen menjadi 803 ribu investor.
Menariknya komposisi jumlah investor dilihat dari data demografi, didominasi oleh investor muda berusia di bawah 30 tahun yang mencapai 59 persen dengan total nilai aset sebesar Rp 54 triliun.
Dilihat dari latar belakang pendidikan, investor lulusan SMA atau di bawahnya tercatat mencapai 60 persen lebih dengan total aset lebih dari Rp 200 triliun. Sementara itu Pulau Kalimantan menjadi daerah dengan pertumbuhan jumlah investor tertinggi yaitu 36 persen dengan nilai aset Rp 60 triliun.