BeritaPerbankan – Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Juli 2022 menunjukan adanya grafik peningkatan jumlah investor pasar modal mencapai 9,3 juta investor. Padahal pada tahun 2018 jumlah investor pasar modal hanya 1,6 juta investor.
Lebih terperinci Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan jumlah investor reksadana hingga Juli 2022 tercatat sebanyak 8,6 juta investor atau paling mendominasi dari jenis investasi lainnya.
Sementara itu jumlah investor saham pada Juli 2022 mencapai 4,1 juta investor. Berikutnya jumlah investor Surat Berharga Negara (SBN) tercatat sebanyak 736,4 ribu per Juli 2022.
Purbaya menambahkan dari 9,3 juta investor tersebut, secara demografi investor berusia di bawah 30 tahun paling mendominasi dengan persentase 58,1 persen.
“Secara demografi, investor di Indonesia didominasi oleh generasi muda (di bawah 30 tahun) dan latar belakang pendidikan tertinggi SMA/sederajat,” ungkap purbaya.
Euforia anak-anak muda berinvestasi di satu sisi merupakan tren positif yang mengindikasikan kesadaran milenial untuk mengelola keuangan dengan cara berinvestasi terus meningkat.
Akan tetapi Purbaya memberikan catatan bahwa tingginya minat anak-anak muda berinvestasi belum diimbangi dengan tingkat literasi keuangan yang baik.
Hal itu tercermin dari gap antara indeks inklusi keuangan dan tingkat literasi keuangan yang terpaut cukup jauh, yaitu 76,19 persen dan 38,03 persen.
“Inklusi dan literasi keuangan semakin meningkat namun terdapat gap antara inklusi dan literasi. Selain itu terdapat gap inklusi dan literasi antar wilayah di Indonesia,” ujarnya.
Berinvestasi tanpa pengetahuan yang cukup berpotensi menimbulkan kerugian besar bagi investor pemula. Purbaya berharap euforia milenial ramai-ramai masuk pasar modal bukan sekedar mengikuti tren tanpa pemahaman yang baik terhadap produk investasi dan risiko yang ditimbulkan.
Jangan sampai investor pemula yang sedang bersemangat berinvestasi dengan harapan tinggi dapat memperoleh imbal hasil yang besar dalam waktu singkat, malah justru menimbulkan kekecewaan dan buat mereka kapok berinvestasi.
Purbaya mengatakan investor-investor muda banyak yang mencari referensi tentang investasi melalui media sosial, yang mana merupakan ‘tempat nongkrong’ mereka.
Oleh sebab itu LPS mengajak seluruh masyarakat termasuk para pakar investasi dan keuangan untuk membagi ilmu yang mereka punya kepada para investor pemula dan calon investor dari kalangan milenial melalui pendekatan digital, salah satunya social media.