BeritaPerbankan –Negeri tirai bambu China sedang menghadapi krisis energi yang kian mengkhawatirkan. Aliran listrik di sejumlah wilayah terputus. Bahkan krisis energi menyebabkan sejumlah pabrik di 20 propinsi di China harus berhenti beroperasi.
Wilayah timur laut China merupakan kawasan terdampak krisis energi paling parah. Dilaporkan beberapa media bahwa kondisi lampu penerangan jalan dan jaringan komunikasi 3G mati. Warga juga khawatir dengan berkurangnya pasokan air bersih.
Aliran listrik yang terhenti memaksa para pemilik toko menggunakan lilin sebagai alat penerangan agar toko mereka tetap beroperasi.
Kelangkaan pasokan energi membuat warga ketakutan soal nasib hidup mereka. Pasalnya menjelang musim dingin warga perlu pasokan listrik yang lebih untuk menghangatkan ruangan di tengah cuaca dingin.
Kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah China. Salah satunya seruan impor batubara oleh Gubernur Propinsi Jilin, Han Jun. Ia menuturkan China harus segera meningkatkan volume impor batubara dari Rusia, Mongolia dan Indonesia.
Han juga terus berupaya menambah stok batu bara lokal sembari menunggu datangnya batubara impor dari beberapa negara.
Penyebab Krisis Energi di China
Faktor pendorong kelangkaan energi di China adalah kampanye pengurangan energi fosil terutama batu bara untuk megurangi emisi karbon. Sejak tahun 2017 China secara bertahap mulai menggunakan energi terbarukan dengan mengandalkan energi matahari dan angin.
China dan beberapa negara di Eropa memang getol mengkampanyekan pengurangan produksi pembangkit listrik berbasis batubara.
Berdasarkan data, China telah berhasil mengurangi ketergantungan pembangkit listrik batubara sebesar 28% sejak tahun 2017. Saat ini 51,8% pasokan listrik di China dipasok dari PLTU batubara.
Hampir separuh kebutuhan listrik China mengandalkan energi terbarukan berbasis gas. Namun kegiatan produksi terhambat karena pandemi dan kondisi cuaca yang tidak mendukung. Akibatnya pasokan listrik untuk rumah tangga dan industri tidak sanggup dipenuhi pemerintah.
Hal itu diperparah dengan jumlah permintaan listrik yang bertambah menjelang musim dingin. Energi listrik digunakan warga untuk menghangatkan rumah mereka selama musim dingin dan penerangan rumah.
Pengurangan produksi energi listrik berbasis batubara, sementara energi terbarukan yang selama ini diandalkan tidak sanggup memenuhi pasokan kebutuhan listrik warga dan industri.
Pemerintah China ‘Berburu’ Batubara Impor
Kondisi kelangkaan energi tersebut memaksa China harus kembali membuka keran impor batubara dari sejumlah negara karena kebutuhan energi listrik yang mendesak di negaranya.
Meski sudah mengurangi penggunaan batubara sebagai pembangkit lsitrik, namun China masih tetap menjadi importir batubara terbesar di dunia.
Bahkan setelah berhasil mengembangkan energi terbarukan, China masih mengandalakan PLTU Batubara sebagai pemasok utama listrik di China.
Kebutuhan mendesak China dalam memenuhi pasokan batubara harus menghadapi sejumlah hambatan. Harga batubara di tingkat global mengalami kenaikan akibat tingginya permintaan dari sejumlah negara menjelang musim dingin.
China Electricity Council mengatakan bawah seluruh perusahaan pemasok listrik di China tengah berupaya meningkatkan pasokan listrik berapapun biaya yang harus dikeluarkan.
Sebab jika pemerintah gagal memenuhi kebutuhan listrik warga sebelum musim dingin tiba, maka nyawa jutaan warga China bisa terancam.
Untuk merealisasikan target tersebut, China terus membuka keran impor batubara dari sejumlah negara diantaranya Rusia, Mongolia dan Indonesia.
Hambatan lain pun muncul, sebab Rusia harus terlebih dahulu memenuhi pesanan dari berbagai negara di Eropa yang kini juga sedang mengadapi krisis energi akibat produksi energi berbasis gas tidak dapat berjalan akibat cuaca buruk.
China juga harus mengantre di belakang Korea Selatan dan Jepang untuk mendapatkan jatah batubara dari Rusia.
Sementara itu impor batubara dari Mongolia jumlahnya sangat terbatas, mustahil bisa memenuhi kebutuhan mendesak batubara China dalam jumlah besar.
China mengandalkan impor batubara dari Indonesia, namun terkendala oleh cuaca hujan dalam beberapa waktu terakhir ini.
Nasib buruk China belum usai. Sebenarnya masih ada negara yang bisa memenuhi sebagian pasokan batubara China, yaitu Australia. Namun China harus melawan ego sendiri, sebab beberapa waktu yang lalu pemerintah China sempat menutup keran impor batubara dari Canberra, Australia karena negeri kangguru itu menyerukan adanya penyelidikan munculnya virus COVID-19.
The state planner, the National Development and Reform Commission (NDRC) menginstruksikan pemerintah daerah terus meningkatkan kontrak jangka menengah dan jangka panjang untuk impor batubara, serta meningkatkan produksi batubara lokal.