BeritaPerbankan – Pameran wisata domestik bertajuk #DiIndonesiaAja LPS Travel Fair 2024 (DIATF) digelar oleh Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Asosiasi Travel Agen Indonesia (Astindo). Acara ini bertujuan memperkuat sektor pariwisata nasional di tengah tantangan global dengan mendorong masyarakat untuk berwisata di dalam negeri.
Pameran ini dilaksanakan di sejumlah kota besar, termasuk Surabaya, Jakarta, Medan, dan Makassar, selama periode September hingga Desember 2024, dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui promosi wisata domestik.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Astindo Sulawesi Selatan, H. Nurhayat ST, MM, mengungkapkan bahwa kegiatan pameran wisata #DiIndonesiaAja LPS Travel Fair memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, terutama dalam menghadapi krisis ekonomi dunia. Menurutnya, program ini telah berhasil menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di saat negara-negara lain mengalami kesulitan ekonomi.
“Gerakan ini terbukti sangat efektif dalam menggerakkan perekonomian nasional. Di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian, sudah ada 66 negara yang berada dalam antrean bantuan dari Bank Dunia, termasuk negara besar seperti Inggris. Namun, Indonesia berhasil menghindari situasi tersebut berkat keberhasilan program ini,” jelas Nurhayat.
Ia juga menyoroti kontribusi ekonomi yang dihasilkan dari program ini. Tahun lalu, program ini mampu mendorong hingga 840 juta perjalanan wisata domestik, dengan rata-rata pengeluaran wisatawan sebesar 2,4 juta rupiah per orang. Kontribusi ini memberikan dampak yang luar biasa bagi sektor ekonomi kreatif dan pariwisata.
“Secara total, ada sekitar 1.800 triliun rupiah yang berputar di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Jumlah ini menjadi fondasi penting dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional dan melawan ancaman resesi,” lanjutnya.
Makassar menjadi kota keempat yang dipilih sebagai lokasi pameran setelah Surabaya, Jakarta, dan Medan. Nurhayat menjelaskan bahwa Makassar memiliki peran strategis sebagai pintu gerbang menuju kawasan Indonesia Timur. Ia juga menambahkan bahwa pada tahun berikutnya, pameran ini berencana untuk memperluas jangkauannya ke kota-kota lain seperti Sorong dan Jayapura.
“Makassar adalah hub utama untuk akses menuju destinasi wisata seperti Wakatobi dan Raja Ampat. Oleh karena itu, penting untuk memanfaatkan posisi strategis ini dalam mengembangkan sektor pariwisata di kawasan timur,” tambah Nurhayat.
Ia juga mendorong para pelaku industri pariwisata di Makassar dan Sulawesi Selatan untuk merancang paket-paket wisata yang menarik, memanfaatkan periode liburan panjang seperti Natal, Tahun Baru, Lebaran, dan libur sekolah. Strategi ini diharapkan dapat menggerakkan sektor perhotelan dan transportasi, khususnya pada masa low season.
“Paket-paket wisata harus segera disiapkan untuk memanfaatkan momen libur bersama dan akhir pekan panjang. Ini sangat penting untuk mendongkrak tingkat hunian hotel dan pemakaian transportasi di masa-masa yang biasanya sepi wisatawan,” sarannya.
Setiap lokasi pameran diharapkan mampu mencapai target transaksi minimal sebesar 5 miliar rupiah, dengan estimasi melibatkan 20.000 wisatawan untuk berpartisipasi dalam wisata domestik. Nurhayat optimistis bahwa angka tersebut bisa dicapai mengingat potensi besar dari kegiatan ini.
“Kami menargetkan minimal transaksi sebesar 5 miliar rupiah di setiap kota tempat pameran berlangsung,” ungkapnya.
Nurhayat juga menekankan pentingnya infrastruktur pendukung pariwisata, terutama aksesibilitas menuju destinasi wisata di kawasan terpencil seperti Kabupaten Kepulauan Selayar. Ia berharap pemerintah setempat dapat berperan lebih aktif dalam menyediakan akses yang memadai agar wisatawan dapat menjangkau destinasi-destinasi unggulan di daerah tersebut.
“Maskapai akan bersedia terbang ke Selayar jika ada jaminan infrastruktur yang memadai dari pemerintah. Ini adalah langkah penting agar destinasi wisata di sana lebih mudah diakses,” tegas Nurhayat.
Meskipun akses transportasi menjadi tantangan, Nurhayat optimistis terhadap potensi wisatawan dengan minat khusus yang tertarik mengunjungi Selayar meskipun dengan harga tiket yang tinggi atau keterbatasan transportasi.
“Di seluruh dunia, ada sekitar 80 juta wisatawan yang tidak mempedulikan berapa harga tiket pesawat, asalkan mereka bisa mencapai destinasi yang diinginkan. Ini adalah peluang besar yang harus kita manfaatkan,” tutupnya.