BeritaPerbankan – Krisis multi dimensi yang melanda dunia imbas pandemi covid-19, perang Rusia-Ukraina dan gejolak ekonomi global diprediksi akan menimbulkan resesi dunia pada tahun 2023 mendatang. Menyikapi hal itu, anggota DPR RI Mukhtarudin optimis pemerintah mampu menghadapi ancaman resesi global tahun depan.
Mukhtarudin meminta seluruh pihak menyikapi ancaman krisis dan resesi dengan cara positif. Krisis pangan, energi dan keuangan yang dialami sejumlah negara terutama dua negara ekonomi terbesar di dunia yaitu Amerika Serikat dan Tiongkok, tidak dipungkiri akan berimbas pada stabilitas sistem ekonomi global.
Akan tetapi menurut politisi asal Kalimantan Timur itu, pemerintah terus berupaya menyiapkan berbagai instrumen untuk menahan laju inflasi dan kebijakan lainnya untuk menghadapi ancaman resesi global.
“Terkait kondisi itu, kita tentu harus optimistis. Sebab pemerintah kita sekarang telah mempersiapkan sejumlah instrumen untuk menahan inflasi yang diprediksi bakal terjadi,” kata Mukhtarudin seperti rilis disampaikan pada Lintas Parlemen, Jakarta, Kamis, (6/10/2022).
Mukhtarudin menambahkan semua negara dihantui resesi namun kita harus tetap menyikapi realitas tersebut dengan cara produktif dan optimisme yang tinggi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan krisis multi dimensi menyerang hampir seluruh negara di dunia. Krisis energi menyebabkan kegiatan produksi di sektor bisnis mengalami penurunan produktivitas.
Harga kebutuhan pangan di tingkat global tercatat mengalami kenaikan yang berimbas pada kelangkaan stok pangan. Padahal menurut Airlangga ketersediaan pangan merupakan hal yang penting guna mencegah kelaparan bagi jutaan warga dunia.
“Dan tantangan ini bisa dihadapi dengan bersatunya pimpinan dunia membawa isu kemanusiaan dan solidaritas untuk menyelamatkan kehidupan untuk berjuang bersama rakyat,” ujar Airlangga.
Meskipun kondisi ekonomi global masih belum membaik, namun Airlangga optimis Indonesia mampu terhindar dari resesi 2023. Terlebih kondisi ekonomi dalam negeri relatif memuaskan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 sebesar 5,44 persen.
Menghadapi potensi resesi global yang bakal mengganggu kegiatan pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19, pemerintah sudah menyiapkan sejumlah langkah strategis.
Airlangga telah mendorong penguatan perekonomian nasional dengan konsisten menjaga tingkat inflasi, yang saat ini berada di level 5,9 persen.
Pemerintah telah meminta Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) meningkatkan kolaborasi dengan TPID melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Pemerintah juga telah menyiapkan dana untuk perlindungan sosial, menjaga stabilitas harga pangan dan ketersediaan stok pangan, memberikan bantuan langsung tunai (BLT senilai Rp 12,4 triliun, bantuan subsidi upah (BSU) untuk 16 juta pekerja sebesar Rp 9,6 triliun.
Dana bantalan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi nasional pada level 5 hingga 5,2 persen juga telah disiapkan menghadapi ancaman resesi 2023.
Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan Indonesia tidak akan mengalami resesi jika kegiatan percepatan pemulihan ekonomi nasional konsisten dilakukan.
ADB bahkan menyebut Indonesia masuk dalam daftar negara yang diprediksi akan terhindar dari resesi. Pertumbuhan ekonomi RI menurut ADB diperkirakan mampu tumbuh 5 persen di tahun 2023.
Negara-negara di kawasan ASEAN termasuk beruntung karena tidak akan terlalu terdampak oleh resesi global. Malaysia, Indonesia, Filipina, Vietnam dan Kamboja termasuk negara yang berpotensi aman dari resesi.
ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN pada tahun 2023 akan tumbuh sebesar 4,9 persen. Sementara itu pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 kemungkinan hanya mampu tumbuh antara 2,3 persen hingga 2,9 persen.