BeritaPerbankan – Publikasi BPS dalam judul “Keadaan Pekerja di Indonesia” memaparkan terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata pendapatan bersih sebulan pekerja bebas di pertanian dan nonpertanian, dibandingkan dengan rata-rata upah atau gaji bersih buruh atau karyawan pegawai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasi bahwa gaji terendah di Indonesia, yaitu di sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. Sementara gaji bersih tertinggi yaitu pekerja di bidang jasa keuangan dan asuransi.
Hal ini berbanding terbalik terhadap peran sektor pertanian dalam andilnya di pertumbuhan ekonomi. Tercatat, sektor ini menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman krisis.
Berdasarkan data dan survei yang dilakukan BPS menunjukan, rerata pendapatan bersih setiap pekerja bebas dalam satu bulan di sektor pertanian dan nonpertanian masing-masing sebesar Rp1,24 juta dan Rp1,88 juta. Sementara itu, rerata pendapatan bersih sebulan buruh karyawan atau pegawai mencapai Rp3,07 juta.
Secara nominal, baik rata-rata gaji bersih sebulan pekerja maupun karyawan mengalami kenaikan dibandingkan keadaan Agustus 2021. Pada Agustus 2022, dari 17 kategori pekerjaan utama, rata-rata pendapatan bersih sebulan pekerja tertinggi terdapat di jasa keuangan dan asuransi yaitu Rp5,17 juta.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertanian sebagai sektor ketiga yang berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) kuartal III/2022 yang mencapai 12,91 persen.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian mengatakan, bertahannya sektor pertanian sebagai pendorong laju ekonomi tak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah.
“Sektor pertanian dalam kondisi krisis dan pandemi pun tetap menjadi andalan penopang perekonomian,” katanya. Dia menambahkan, pertanian juga masih menjadi sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah terbesar, yakni lebih dari 27 persen.
Eliza menambahkan, harga pangan yang tinggi dan berfluktuasi memang dapat memengaruhi gerak inflasi serta PDB di sektor pertanian. Akan tetapi, apabila kenaikan harga pangan ada pada level petani, maka hal itu akan meningkatkan kontribusi pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Karena outputnya harga kan dikali dengan kuantitas. Kalau harga pangan naiknya di level petani, itu akan berdampak pada peningkatan PDB,” ujarnya.