BeritaPerbankan- Di era digital, kehadiran dompet digital sudah menjadi kebutuhan bagian dari kehidupan masyarakat. GoPay dan OVO merupakan dompet digital yang mendominasi di Indonesia. Lalu siapakah yang paling berkuasa?
Riset Goldman Sachs berjudul Indonesia Internet: The Fight to Unite The Verticals yang dipublikasikan pada 10 Maret 2020 bisa memberikan sedikit jawaban.
Menurut riset berjudul Indonesia Internet: The Fight to Unite The Verticals yang dipublikasikan pada 10 Maret 2020, Goldman Sachs mengatakan OVO lebih berpeluang sukses lebih besar ketimbang dompet digital lainnya. Alasannya, OVO memiliki ekosistem yang lebih lengkap dibandingkan kompetitornya.
Selain user internal yang banyak, OVO bermitra strategis dengan Grab untuk pembayaran ride-hailing dan pengantaran makanan, GrabFood, Tokopedia untuk alat pembayaran belanja online dan Grup Lippo untuk pembayaran di pusat perbelanjaan dan parkir.
“Gojek merupakan pemain kunci, tetapi mereka butuh meningkatkan pengalaman pengguna (use case) secara lebih luas salah satunya di e-commerce agar lebih besar lagi,” ujar Goldman Sachs dalam risetnya seperti dikutip CNBC Indonesia, Jumat (13/3/2020).
“Mobile Payment yang menggandeng raksasa e-commerce memiliki peluang sukses yang lebih besar karena di sana peluang Gross Transaction Value (GTV) terbesar.”
Meski ‘menjagokan’ OVO sebagai yang paling sukses di bisnis dompet digital, Goldman Sachs mengungkapkan persaingan dalam bisnis ini masih akan ketat di masa mendatang.