BeritaPerbankan – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjawab berbagai alasan dan pertimbangan BI masih menahan suku bunga acuan meskipun Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed) sudah bersiap menaikkan suku bunga acuan tahun depan akibat inflasi yang terus melonjak.
Langkah The Fed belum akan diikuti oleh BI dengan berbagai pertimbangan. Seperti diketahui BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga kebijakan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5%, suku bunga deposit facility sebesar 2,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25%.
Perry Warjiyo mengatakan kebijakan BI mempertahankan suku bunga acuan adalah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah rendahnya inflasi, serta menjaga stabilitas sistem keuangan dan nilai tukar rupiah.
“Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi lebih lanjut,” jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (16/12/2021).
MeskipunThe Fed mantap menaikkan suku bunga acuan tahun depan bukan berarti BI harus mengikuti apa yang dilakukan The Fed, terlebih kata Perry, Bank Indonesia selalu mempertimbangkan kondisi ekonomi domestik secara keseluruhan dan perekonomian global dalam membuat sebuah kebijakan.
Perry menambahkan perlu kecermatan dan ketelitian sebelum Bank Indonesia menaikkan BI7DRR secara bertahap agar tidak mengganggu stabilitas perekonomian dan pemulihan ekonomi yang tengah dilakukan oleh pemerintah bersama anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK dan LPS.
Bank Indonesia terus mendorong pembiayaan kredit untuk pelaku usaha di sektor prioritas guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional, inklusi ekonomi, nilai ekspor dan stabilitas keuangan.
Perry mengungkapkan BI masih akan terus memantau dan memperkirakan arah pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022, 2023 dan 2024 termasuk perkiraan laju inflasi, yang nantinya akan menjadi poin penting dalam mempertimbangkan kebijakan yang harus diambil.
Sebelumnya Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi global tumbuh sekitar 5,7% pada tahun 2021 sedangkan pada tahun 2022 tumbuh 4,4%.
Sementara untuk kondisi perekonomian nasional, BI memperkirakan proses pemulihan ekonomi tahun 2022 masih akan terus berlanjut dengan tren peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan tahun 2021.
BI memperkirakan ekonomi dunia tumbuh sesuai proyeksi sekitar 5,7% pada 2021 dan 4,4% pada 2022. Kemudian Proses pemulihan ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut dan akan meningkat lebih tinggi pada 2022.
Konsumsi swasta pada tahun 2022 akan menyumbang banyak dalam pertumbuhan ekonomi nasional didukung dengan belanja fiskal pemerintah dan kinerja ekspor yang terus membaik.
Pertumbuhan ekonomi diprediksi semakin meluas seiring meningkatnya mobilitas masyarakat serta stimulus kebijakan yang masih akan dilanjutkan tahun depan.
“Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2021 berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia yaitu 3,2-4,0%. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi domestik 2022 tumbuh lebih tinggi menjadi 4,7-5,5%,” jela Perry.