BeritaPerbankan – Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Ronny P Sasmita, mengatakan kenaikan harga komoditas pokok sudah memasuki pola yang cukup normal, sehingga inflasi Oktober lebih rendah dibanding September 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi Oktober 2022 sebesar 5,71 persen. Ini memang mengalami penurunan dibanding inflasi September 2022, yang tembus 5,95 persen.
Efek kenaikan harga-harga komoditas pokok akibat kenaikan harga BBM lebih banyak terjadi di bulan September. Jadi efek lanjutannya di bulan Oktober tidak terlalu signifikan. Dengan kata lain, keseimbangan antara permintaan dan penawaran (demand supply) untuk sementara waktu mulai terbentuk.
“Fluktuasi komoditas seperti cabe, telur, dan daging, akan menjadi pendorong inflasi. Hanya angkanya saya yakin tidak terlalu signifikan,” ujarnya.
Di sisi lain, secara moneter, menurut dia, peran kenaikan suku bunga dua kali sejak September sudah mulai terasa. Dimana supply dan velocitas uang beredar mulai pelan-pelan melambat yang berkontribusi menekan permintaan.
“Untuk inflasi tahunan ini, kalau dilihat dari 2 bulan pasca penyesuaian harga BBM, tekanan inflasi komponen harga yang diatur pemerintah memang masih cukup tinggi. Ini didorong oleh kenaikan harga bensin, bahan bakar rumah tangga, dan tarif angkutan dalam kota,” ujarnya.
Untungnya, laju inflasi bisa direm oleh komponen harga bergejolak berupa komoditas pangan, yang angkanya turun dari 9,02 persen di September 2022 menjadi 7,19 persen di Oktober 2022.