BeritaPerbankan – Indonesia baru saja menyelsaikan Financial Sector Assessment Program (FSAP) untuk yang ketiga kalinya. Asesmen ini dilakukan oleh IMF mengingat posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan sektor keuangan yang berdampak sistemik atau Systemically Important Financial Sector (SIFS).
Program ini adalah evaluasi menyeluruh yang dilakukan oleh IMF dan Bank Dunia terhadap stabilitas sistem keuangan negara anggota. Hasil asesmen terbaru yang diumumkan pada Senin (26/8/2024) memberikan gambaran positif terhadap perekonomian dan sektor keuangan Indonesia, namun juga menyisakan sejumlah catatan dan tantangan yang harus dihadapi Indonesia, khususnya dalam penguatan regulasi fintech dan keuangan berkelanjutan.
Kondisi Makroekonomi yang Stabil dan Resilien
Asesmen FSAP ini merupakan evaluasi rutin yang dilakukan setiap beberapa tahun, dengan asesmen sebelumnya dilakukan pada 2010 dan 2017. Pada FSAP 2024, Indonesia berhasil menunjukkan perekonomian yang stabil, dengan pertumbuhan yang kuat dan resilien dalam menghadapi tantangan eksternal. Hal ini tercermin dari keterangan resmi yang dirilis oleh Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Hasil asesmen menunjukkan penilaian positif atas kinerja ekonomi makro Indonesia yang mampu menjaga stabilitas fiskal dan terus mengembangkan sektor keuangan domestik. Lebih lanjut, para asesor juga memberikan apresiasi terhadap penerbitan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), yang dinilai mampu meningkatkan resiliensi sektor keuangan dan memperkuat jaring pengaman sistem keuangan Indonesia.
Penguatan Sektor Keuangan Digital dan Keberlanjutan
Hasil penilaian FSAP 2024, secara keseluruhan mencerminkan stabilitas yang cukup baik, namun IMF juga memberikan sejumlah catatan khusus terkait dengan penguatan regulasi di sektor keuangan digital dan sistem keuangan berkelanjutan.
Asesor juga menyoroti perkembangan pesat teknologi keuangan (fintech) dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini harus menjadi perhatian utama para pengambil kebijakan, mengingat sektor fintech memiliki potensi risiko yang cukup tinggi, sehingga diperlukan seperangkat regulasi agar stabilitas keuangan negara tetap terjaga.
Isu perubahan iklim juga ikut disuarakan oleh para asesor, yang meminta Indonesia memberikan perhatian serius terhadap penguatan kerangka regulasi yang mendukung ‘green finance’ dan keberlanjutan keuangan. Hal ini sejalan dengan tren global di mana keuangan berkelanjutan menjadi semakin penting dalam mendukung agenda perubahan iklim dan keberlanjutan ekonomi jangka panjang.
Asesor juga menekankan pentingnya pendekatan yang seimbang dalam mengatur sektor fintech. Di satu sisi, inovasi dalam layanan keuangan digital seperti pinjaman online dan pembayaran digital memberikan manfaat signifikan bagi inklusi keuangan. Namun di sisi lain, pengaturan yang tepat diperlukan untuk mencegah risiko yang mungkin muncul dari pertumbuhan yang cepat dan eksposur terhadap volatilitas pasar.
Sinergi dan Kolaborasi Antar Lembaga
Kesuksesan Indonesia dalam asesmen FSAP ini tidak lepas dari sinergi yang solid antara otoritas terkait. Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan LPS bersama-sama membentuk ekosistem yang mendukung pengembangan sektor keuangan. Selain itu, keterlibatan pelaku usaha di sektor jasa keuangan juga memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan resilien.
Hasil FSAP juga memberikan rekomendasi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas otoritas dalam hal pengaturan, pengawasan, dan penguatan sektor keuangan. Salah satu rekomendasi utama adalah perlunya Indonesia terus memperkuat kerangka manajemen krisis dan jaring pengaman sistem keuangan. Upaya ini sangat penting mengingat ketidakpastian global yang masih tinggi, baik dari sisi ekonomi maupun geopolitik.
Selain itu, Indonesia juga diharapkan untuk terus memantau risiko yang berasal dari perubahan iklim. Dampak perubahan iklim terhadap sektor keuangan semakin jelas terlihat, baik melalui peningkatan risiko bencana alam maupun dampaknya terhadap ketahanan sektor-sektor ekonomi kunci. Oleh karena itu, penguatan strategi mitigasi risiko dan adaptasi menjadi prioritas dalam kerangka pengembangan sektor keuangan Indonesia.