BeritaPerbankan – Makan di restoran mewah, liburan ke luar negeri, punya mobil mahal keluaran terbaru, rumah tiga lantai dengan deretan taman bunga dan kolam renang di lingkungan elit perkotaan.
Begitulah gambaran mimpi sebagian besar orang. Memiliki uang yang banyak, segala kebutuhan tercukupi, ingin beli ini itu tinggal tunjuk tanpa panik isi saldo kartu ATM dan limit kartu kredit.
Memiliki kebebasan finansial adalah keinginan semua orang. Namun bagi sebagian orang kebebasan finansial masih harus diperjuangkan.
Banyak orang-orang kaya yang sedang menikmati manisnya hidup tanpa harus memusingkan sisa saldo rekening, belanja di outlet mewah, berburu barang limited editon tanpa pikir panjang, yang akan mengatakan bahwa apa yang mereka raih adalah hasil kerja keras yang tidak mudah.
Itu semua benar. Tidak ada kekayaan yang datang begitu saja tanpa usaha yang maksimal. Berbicara tentang kerja keras, sudah sejauh mana anda bekerja keras agar bisa hidup bebas finansial di usia muda?.
Saat ini kami yakin anda pasti sedang bekerja keras, tekun dan disiplin. Pertanyaan yang seringkali datang dari dalam diri sendiri. Kenapa saya belum juga bebas finansial padahal gaji lumayan tinggi setidaknya jauh di atas UMR, tapi gaji hanya numpang lewat?.
Besar kemungkinan ada yang salah dari gaya hidup yang kita terapkan, serta literasi keuangan, lebih tepatnya kedisiplinan mengelola keuangan, yang masih rendah.
Penulis beritaperbankan.id pernah memposting tulisan tentang susahnya kaum milenial memiliki rumah sendiri. Harga rumah yang tinggi tidak berbanding lurus dengan pendapatan kaum milenial, dituding menjadi biang penyebab sulitnya anak-anak muda memiliki hunian sendiri. Tapi apa hanya itu penyebabnya?. Tentu tidak.
Berdasarkan hasil riset Kompas.com pada 7-11 April 2017 dengan melibatkan 300 responden, sebanyak 39 % kaum milenial (usia 25-35) tahun sudah memiliki hunian sendiri. Menyisakan 61 % generasi milenial yang belum memiliki rumah.
Dari 61 % responden yang belum memiliki rumah 30 % mengaku membelanjakan uang mereka untuk membeli kendaraan pribadi. Hal itu dilakukan karena kebutuhan memiliki kendaraan sendiri lebih prioritas ketimbang tempat tinggal. Generasi milenial menganggap kondisi transportasi publik masih belum baik sehingga dibutuhkan kendaraan sendiri untuk mempermudah mobilitas sehari-hari.
Melihat hasil riset tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya kaum milenial punya potensi memiliki hunian sendiri baik dengan menabung untuk membeli secara cash atau melalui kredit perumahan.
Hanya saja dari data yang ada, sebagian besar milenial menunda memiliki rumah karena ingin memiliki kendaraan roda empat terlebih dulu, ingin menikmati pengalaman traveling ke luar negeri atau membeli barang-barang mewah yang selama ini diidam-idamkan.
Memiliki hunian sendiri merupakan salah satu indikator kebebasan finansial karena tidak harus memikirkan biaya kontrakan yang berpotensi naik kapanpun sesuai keinginan pemilik rumah.
Lalu bagaimana caranya agar bisa mencapai kebeban finansial?. Berikut ini beberapa cara yang bisa anda aplikasikan sebagai upaya mewujudkan kebebasan finansial.
Kenali Indikator Kebebasan Finansial
Kebebasan finansial adalah kondisi keuangan seseorang yang mampu memenuhi semua kebutuhan utama dan gaya hidup. Dilansir dari Kontan.id ada lima tanda seseorang dikatakan bebas secara finansial.
Pertama memiliki pemasukan pasif (passive income). Meskipun anda sudah bekerja di sebuah perusahaan dengan posisi yang strategis dan gaji besar, anda tetap harus punya sumber pemasukan pasif.
Anda bisa menginvestasikan sebagian penghasilan untuk membeli saham, instrumen deposito, tabungan berjangka, reksadana atau bisnis investasi.
Jika anda memilih menyimpan uang dalam bentuk tabungan, deposito dan giro pastikan dana simpanan anda memenuhi kriteria penjaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
LPS akan menjamin simpanan nasabah maksimal Rp. 2 miliar per nasabah per bank dengan syarat simpanan nasbah tercatat di sistem bank, tingkat suku bunga simpanan tidak melebihi suku bunga penjaminan LPS sebesar 3,5%. Terakhir tidak melakukan tindakan yang merugikan bank.
Imbal hasil (return) yang didapat dari instrumen investasi membuat kesehatan keuangan kita lebih stabil menuju kebebasan finansial.
Kedua wajib punya dana darurat. Bukannya sudah ada dari uang hasil investasi? Kenapa harus punya dana darurat juga?.
Pakar perencana keuangan selalu menyarankan setiap orang memiliki dana darurat minimal 6 bulan pendapatan bagi yang masih lajang.
Dana darurat diperlukan untuk mengantisipasi jika ada keperluan mendesak dan tidak bisa ditunda. Seperti kecelakaan, sakit yang membutuhkan biaya perawatan di luar tanggungan asuransi kesehatan, renovasi rumah, kendaraan yang rusak, dan sebagainya.
Sementara dana investasi tidak selalu mudah dicairkan dalam waktu singkat. Misalnya anda memiliki deposito dengan tenor 12 bulan. Kita tidak bisa mencairkan deposito sebelum jatuh tempo. Kalaupun nasabah harus mencairkan sebelum jatuh tempo maka akan dikenai denda, akhirnya tujuan return investasi tidak terwujud.
Memiliki dana darurat adalah salah satu indikator seseorang sudah bebas secara finansial. Sebab ketika ada keperluan mendesak tidak perlu mencari pinjaman maupun menganggu pengeluaran utama.
Ketiga, indikator memiliki kebebasan finansial adalah bebas dari utang. Betapa tenang dan menyenangkannya hidup tanpa utang.
Seseorang yang bebas finansial tidak menyambung hidup dari cicilan dan utang. Merdeka secara finansial artinya merdeka dari ketergantungan terhadap orang lain.
Keempat bijak dalam mengelola keuangan. Kebebsan finansial hanya akan jadi mimpi di siang bolong bagi mereka yang boros membelanjakan pendapatannya untuk keperluan konsumtif yang tidak berlandaskan pada prinsip kebutuhan.
Hidup terbebas dari kesulitan finansial dibangun dari kedisiplinan dan konsisten menerapkan gaya hidup sederhana, mungkin akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada saat ini. Tapi itulah jalan terjal yang harus dilalui untuk mencapai kebebsan finansial.
Kelima adalah mempersiapkan tabungan dan investasi masa depan. Jangan biarkan pendapatan kita hanya numpang lewat di awal bulan, minggu kedua sudah mulai kebingungan cari pinjaman. Alhasil kita bekerja bukan untuk kaya malah justru buat bayar utang.
Setelah anda tahu cara-cara agar bisa memiliki kebebasan finansial, kini tugas kita adalah menyingkirkan berbagai tantangan dan kendala dalam mwujudkan gol kebebasan finansial.
Takut Keluar dari Zona Nyaman
Berada di zona nyaman memang menyenangkan. Hidup terasa aman dan nyaman tanpa beban karena memang tidak ada tantangan. Betah di zona nyaman bisa memenjarakan diri kita di situasi yang stagnan tiada kemajuan.
Mewujudkan kebebasan finansial tidak dapat dilakukan dalam tempo semalam. Kita harus bergerak dari zona nyaman menuju zona yang penuh tantangan namun peluang mendapatkan yang lebih juga terbuka lebar.
Pekerjaan yang stabil, gaji yang cukup untuk mengikuti gaya hidup. Akan tetapi tidak memberikan harapan besar untuk kebebasan finansial di masa depan.
Kita bisa memilih mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar agar dapat mempersiapkan tabungan masa depan. Anda bisa juga memiliki sumber penghasilan lain dengan cara berbisnis.
Berbisnis dapat dilakukan sambil anda bekerja di kantor seperti biasanya atau berbisnis secara full time. Lagi dan lagi kenikmatan zona nyaman tak jarang membuat kita menunda langkah dengan modus ‘mempertimbangkan dulu’.
Ketakutan bisnis akan gagal, tempat kerja yang baru tidak akan seasik tempat lama, teman kerja yang menyenangkan susah ditemukan di tempat baru dan berbagai mental block lainnya.
Hobi Ngutang Demi Gengsi
Jauhi perilaku ini sekarang juga. Merugi orang-orang yang berhutang hanya demi gengsi, membuat orang lain terkesan dengan topeng yang kita pakai. Hiduplah sesuai isi dompetmu. Kalau uangmu cukup untuk makan di warteg jangan memaksakan diri makan siang di restoran fancy tiap hari.
Jika uangmu belum cukup untuk beli gadget mahal, tunggu dan bersabarlah hingga uang tabunganmu cukup. Jangan berutang untuk hal-hal yang konsumtif demi memuaskan keinginan. Ingat tujuan kita adalah bebas finansial.
Seseorang yang bebas finansial sudah tidak repot lagi dengan urusan utang demi makan di resotran mewah, beli gadget terbaru dibayar 12 kali cicilan, liburan ke luar kota dan luar negeri pakai paylater.
Berutang untuk modal usaha itu yang masih diperbolehkan , itupun harus dengan perhitungan yang matang dan disiplin serta tekun menjalankan usaha agar memiliki penghasilan tambahan.
Malas Belajar Bisnis dan Literasi Keuangan
Kesibukan sebagai pekerja seringkali jadi alasan seseorang menunda-nunda untuk berbisnis, berinvestasi dan belajar mengelola keuangan.
Dengan kecanggihan teknologi informasi, tidaklah sulit untuk belajar semua hal secara otodidak melalui internet. Meningkatkan skill untuk menambah nilai diri, belajar membagun bisnis, mulai berinvestasi, belajar mengelola keuangan secara bijak dari para pakar.
Memiiki kebebasan finansial harus diperjuangkan dengan pengetahuan yang cukup dan realisasi dari setiap konsep dan ilmu yang kita pelajari.
Tidak ada kebebasan finansial untuk seseorang yang hanya diam, rebahan, scroll media sosial tanpa mau membuka diri belajar segala hal yang bakal menunjang proses menuju kebebasan finansial.