BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merespon penurunan jumlah investor asing dalam Surat Berharga Negara (SBN) yang merosot tajam dengan porsi kepemilikan investor asing di SBN sebesar 15,39 persen pada Juli 2022, padahal pada tahun 2019 lalu jumlah kepemilikan asing mencapai 38,5 persen.
Larinya separuh investor asing dari pasar obligasi tanah air direspon oleh Purbaya sebagai kabar baik. Purbaya mengatakan hal itu justru menguntungkan bagi pasar SBN dalam negeri.
Purbaya menjelaskan dampak positif berkurangnya kepemilikan asing pada SBN adalah memberikan peluang besar bagi pembiayaan pembangunan infrastruktur nasional karena jumlah uang di dalam negeri lebih banyak dan ketergantungan RI pada pendanaan modal asing dapat diminimalisir.
Selain itu stabilitas pasar obligasi di tanah air menjadi lebih mudah dijaga karena jumlah investor asing yang relatif kecil sehingga pergerakan investor asing tidak akan banyak berpengaruh pada stabilitas pasar SBN.
Berkaca pada dinamika pasar obligasi Jepang yang didominasi oleh kepemilikan domestik lebih dari 90 persen membuat sistem keuangan Jepang relatif lebih stabil karena tidak banyak terpengaruh oleh dinamika kondisi keuangan global.
“Jadi jika ada gonjang ganjing di pasar dunia yield government Jepang tetap stabil, dan stabilitas sistem finansial mereka tetap terjaga,” ucap Purbaya.
Porsi kepemilikan asing pada instrumen pasar obligasi yang lebih sedikit dapat mempermudah kinerja Pemerintah dan Bank Sentral dalam meredam pergerakan minor di pasar modal sehingga stabilitas pasar domestik lebih kokoh.
Meski begitu Purbaya tidak ingin kita terbuai dengan kondisi keuangan domestik yang relatif aman dan stabil. Berkurangnya jumlah investor asing di pasar obligasi Indonesia tetap memiliki risiko yang harus diperhatikan dan diantisipasi.
Jika pasar obligasi banyak ditinggalkan investor asing, maka otomatis banyak modal asing yang keluar dan berdampak negatif pada stabilitas rupiah yang berpotensi terkoreksi.
Kunci untuk menarik investor asing ke pasar obligasi bergantung pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Purbaya optimis jika Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi di level yang stabil dan kuat maka investor asing akan berdatangan menanamkan modal baik di sektor riil, pasar modal dan pasar obligasi.
Alih-alih memikirkan investor asing yang angkat kaki dari pasar obligasi Indonesia, Purbaya justru mendorong untuk menjaga sustainability stabilitas pertumbuhan ekonomi di tengah gejolak kondisi global yang belum stabil pasca pandemi covid-19.
Dalam keterangannya Purbaya mengatakan kondisi keuangan domestik tidak selalu bergantung dengan gonjang-ganjing kondisi global. Dikatakan Purbaya Indonesia memiliki kemandirian menentukan arah kebijakan moneter sesuai dengan dinamika yang dihadapi.
LPS memprediksi pertumbuhan ekonomi RI akan terus mengalami tren kenaikan hingga akhir tahun 2022. Melihat kondisi ekonomi dan keuangan domestik yang cerah, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan mampu menembus level 6 persen atau paling tidak akan bertahan di level 5 persen.