BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak serta Direktorat Jenderal Perbendaharaan, memperkuat sinergi dalam menjaga stabilitas ekonomi di Jawa Timur menjelang 2025. Kolaborasi ini menjadi langkah penting di tengah tantangan global yang masih dipenuhi ketidakpastian, meskipun optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi tetap tinggi.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, M. Noor Nugroho, menegaskan bahwa kerja sama lintas lembaga sangat diperlukan untuk menghadapi dinamika ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur pada tahun 2024 relatif terjaga, meskipun sempat mengalami perlambatan pertumbuhan. Noor menambahkan bahwa meskipun terjadi perlambatan, prospek ekonomi Jawa Timur masih optimis dengan potensi pertumbuhan di berbagai sektor, terutama jika didukung oleh penguatan kolaborasi antar lembaga.
“Meskipun perekonomian global masih diliputi ketidakpastian, perekonomian Jawa Timur di tahun 2024 tetap menunjukkan kekuatan, meski mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya,” ujar Noor dalam sebuah konferensi di Surabaya pada Rabu (6/11/2024).
Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada Triwulan III 2024 tercatat sebesar 4,91 persen (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan 4,98 persen pada triwulan sebelumnya. Perlambatan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor, yang dipengaruhi oleh peningkatan impor bahan baku, termasuk besi dan baja.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Timur, Yunita Linda Sari, turut menggarisbawahi bahwa sektor jasa keuangan di provinsi ini menunjukkan perkembangan yang stabil. Hingga September 2024, total penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di sektor perbankan mencapai Rp45,2 triliun, tumbuh sebesar 6,10 persen secara tahunan (yoy). Penyaluran kredit juga mengalami peningkatan, dengan pertumbuhan sebesar 7,66 persen atau Rp42,7 triliun. Kondisi ini didukung oleh rasio kredit bermasalah (NPL) yang terkendali pada level 3,04 persen, serta rasio kecukupan modal (CAR) yang kuat di angka 30,27 persen.
Di sektor pasar modal, pertumbuhan emiten dari Jawa Timur juga mencatatkan angka yang menggembirakan. Hingga September 2024, tercatat 53 perusahaan asal Jawa Timur yang sudah terdaftar di pasar modal, dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp13,74 triliun. Pertumbuhan ini mencerminkan keyakinan pelaku usaha dan investor terhadap potensi ekonomi di Jawa Timur.
Dari sisi penjaminan perbankan, LPS juga terus berperan aktif dalam menjaga stabilitas sektor keuangan. Bambang S. Hidayat, Kepala Kantor Perwakilan LPS II, menjelaskan bahwa hingga akhir September 2024, LPS menjamin 99,94 persen dari total rekening nasabah perbankan di seluruh Indonesia. Ini mencakup 592,94 juta rekening nasabah bank umum dan 15,77 juta rekening nasabah BPR/BPRS.
Untuk wilayah Jawa Timur, LPS menjamin simpanan sebesar 99,95 persen dari total rekening nasabah bank umum, atau setara dengan 70,97 juta rekening, serta 99,98 persen dari total rekening nasabah BPR/BPRS, atau setara dengan 2,65 juta rekening. Data ini menunjukkan tingginya cakupan penjaminan simpanan di wilayah Jawa Timur, yang menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan.
Selain itu, LPS secara berkala melakukan evaluasi terhadap Tingkat Bunga Penjaminan (TBP), untuk memastikan kebijakan yang tepat dalam mendukung stabilitas sistem keuangan. TBP untuk periode 1 Oktober 2024 hingga 31 Januari 2025 adalah 4,25% untuk simpanan rupiah di bank umum, 6,75% simpanan rupiah di BPR dan 2,25% berlaku untuk simpanan dalam mata uang asing.
“Kami terus memastikan bahwa stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik, serta kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan asuransi tetap tinggi,” tambah Bambang.