BeritaPerbankan – Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor pasar modal hingga Juni 2022 mencapai lebih dari 8,8 juta investor. Jumlah tersebut naik tiga kali lipat dari jumlah investor pada tahun 2019.
Jumlah investor tercatat meningkatkan pada instrumen reksadana, C-Best dan Surat Berharga Negara (SBN). Reksadana menjadi instrumen investasi dengan kontribusi investor terbesar yaitu mencapai 8,18 juta investor per Mei 2022.
Jumlah tersebut naik sebanyak 2,89 persen dari data bulan April 2022 yang tercatat sebesar 7,95 juta investor. Pertumbuhan pesat investor reksadana terlihat dari lonjakan cukup besar jika dibandingkan dengan catatan data pada akhir 2021 yang masih berjumlah 6,84 juta investor atau naik 19,47 persen.
Tren kenaikan juga terjadi pada jumlah investor C-Best pada Mei 2022 yang tumbuh mencapai 3,91 juta atau naik secara bulanan sebesar 2,09 persen.
Sementara itu jumlah investor yang membeli instrumen investasi SBN tercatat naik 2,16 persen secara bulanan menjadi 701.361 investor. Dibandingkan dengan akhir tahun 2021 jumlah investor SBN tumbuh sebanyak 14,76 persen dari 611.143 investor.
Tren pertumbuhan investasi juga menjadi perhatian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Momentum meningkatnya kesadaran dan minat masyarakat untuk berinvestasi perlu dijaga dengan memberikan edukasi tentang literasi keuangan dan Investasi bagi masyarakat terutama bagi investor pemula.
LPS juga menyoroti data demografi menunjukan jumlah investor pasar modal didominasi oleh kalangan milenial atau kelompok umur di bawah 30 tahun sebanyak 59,50 persen dengan total investasi hingga Rp 40,56 triliun.
“Melihat data ini, jelas banyak terjadi peningkatan di investor muda atau investor pemula. Ini yang harus jadi target edukasi. Karena ini momentum, tak pernah selama ini terjadi peningkatan drastis di katagori investor muda seperti pelajar dan mahasiswa. Ini harus dijaga,” tegas Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa.
Purbaya meminta para investor milenial untuk meningkatkan literasi keuangan dan investasi agar dapat meminimalisir potensi kerugian.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada instrumen tertentu, investor wajib mempelajari produk dan jasa keuangan yang akan dipilih. Kenali manfaat dan risiko instrumen investasi.
“Prinsip sederhana investasi itu, high risk high return yaitu imbal hasil yang tinggi memiliki risiko yang tinggi. Tentu kita sih inginnya low risk high return atau risiko rendah tapi return besar, sayangnya itu tidak ada,” ujarnya.
Purbaya juga menegaskan kepada para investor pemula khususnya anak-anak muda untuk tidak berinvestasi dengan cara berhutang karena risiko yang dihadapi menjadi berlipat. Jika investasinya ternyata tidak berhasil maka investor harus menanggung kerugian yang lebih besar.
Terakhir Purbaya menyarankan investor untuk selektif memilih manajemen investasi dan perusahaan yang akan dimodali. Pahami setiap ketentuan saat akan membuat rekening investasi. Pilih perusahaan atau jasa keuangan yang sudah terdaftar dan memiliki izin dari otoritas pengawas.