BeritaPerbankan – Fesimisme soal kaum milenial susah punya rumah perlahan mulai terpatahkan. Meskipun memang tidak dapat dipungkiri masih banyak milenial yang kesulitan memiliki rumah meskipun dengan cara KPR.
Halang rintang generasi milenial memiliki rumah sendiri tidak lepas dari fakta bahwa harga rumah terus naik setiap tahunnya sementara pendapatan kaum muda tidak sebanding dengan tingginya harga properti.
Bahkan kalaupun membeli dengan cara KPR tingginya uang muka, bunga cicilan dan tenor yang singkat masih jauh dari jangkauan kaum milenial.
Berdasarkan hasil riset Kompas.com pada 7-11 April 2017 dengan melibatkan 300 responden, sebanyak 39 % kaum milenial (usia 25-35) tahun sudah memiliki hunian sendiri. Menyisakan 61 % generasi milenial yang belum memiliki rumah.
Menurut Financial Planner Prita Gozhie harga properti yang tinggi tidak bisa bertemu dengan tingkat pendapatan kaum milenial.
Jika harga rumah murah dan gaji generasi milenial tinggi, kaum milenial pasti akan beli rumah karena tidak bisa dipungkiri rumah adalah bagian dari kebutuhan setiap orang. Apalagi jika mereka sudah berumah tangga, mau tidak mau rumah menjadi kebutuhan penting.
Direktur Utama Eazy Property Rico Tampewas menambahkan bahwa ketidakterjangkauan harga rumah adalah alasan utama kaum milenial tidak membeli rumah.
Merespon hal itu, pemerintah melalui Kementerian PUPR membantu masyarakat untuk memiliki hunian dengan skema KPR dengan cicilan dan bunga yang rendah. Bahkan pemerintah memberikan bunga tetap (fix) hingga cicilan selesai.
Rumah yang disediakan pemerintah dibanderol dengan harga mulai dari Rp 150 juta untuk tipe 36 m2. Dirjen Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid mengatakan dengan adanya program rumah subsidi dari pemerintah, masyarakat termasuk generasi milenial bisa memiliki hunian dengan harga terjangkau.
Khalawi menambahkan untuk mendapatkan fasilitas kredit rumah subsidi, masyarakat bisa masuk ke website Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BPPP) dan mendaftar.
“Di situ ada harga, tipe, dan provinsi yang diinginkan. Tinggal pilih lokasi mana yang disukai dan sesuai dengan penghasilannya,” jelasnya.
Program rumah bersubsidi dari pemerintah bekerja sama dengan BTN untuk penjualan. Rumah murah bersubsidi ini khusus bagi mereka dengan jumlah pendapatan rendah yang dipersyaratkan.
“BTN mempunyai dua produk pembiayaan pembelian rumah atau KPR. KPR subsidi dan non subsidi. KPR subsidi ini program pemerintah dengan bunga yang sangat ringan 5% selama jangka waktu kredit serta bantuan uang muka Rp 4 juta,” kata Direktur Consumer and Commercial Lending PT Bank Tabungan Negara (Persero) (BTN/BBTN) Hirwandi Gafar.
Syarat penghasilan untuk rumah subsidi maksimal Rp 6 juta bagi lajang dan Rp 8 juta bagi yang sudah berkeluarga. Tenor cicilan rumah bersubsidi maksimal selama 20 tahun.
Bagi yang tidak memenuhi syarat mendapatkan rumah subsidi, BTN menawarkan alternatif rumah nonsubsidi dengan jangka waktu cicilan lebih panjang yaitu 30 tahun. Untuk meringankan beban cicilan, BTN membebaskan biaya pokok selama dua tahun cukup membayar bunga saja.
Direktur Utama Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Kementerian PUPR Arief Sabaruddin mengatakan fasilitas perumahan murah bersubsidi banyak diminati kalangan milenial.
PPDPP mencatat sebanyak 60% debitur berusia di bawah 30 tahun. Sementara mereka yang berusia 19 tahun hingga 25 tahun sebanyak 28%.
Ini artinya milenial mendominasi 88% dari total debitur program subsidi kredit perumahan. Arief menambahkan rata-rata milenial yang mendapatkan subsidi FLPP berpenghasilan Rp 4 juta. Sebanyak 72 persen diantaranya adalah karyawan swasta, wiraswasta 17 persen, dan TNI/Polri 12 persen.