BeritaPerbankan – Perekonomian nasional menunjukkan kinerja positif di tengah pelambatan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara akibat gejolak ekonomi global yang dipicu oleh ketegangan antara Rusia dan Ukraina, krisis energi dan pangan yang menyebabkan inflasi meningkat.
Indonesia cukup beruntung mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2022 sebesar 5,72 persen di tengah situasi ekonomi global yang suram.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pencapaian kinerja ekonomi Indonesia yang positif tidak lepas dari sejumlah indikator penting yang dimiliki Indonesia.
Purbaya menjelaskan konsumsi domestik menjadi penggerak utama perekonomian nasional yang resilient. Konsumsi domestik yang berkontribusi 50,38 persen dari total PDB Indonesia mampu mengatasi guncangan ekonomi global terhadap perekonomian domestik.
“Resiliensi ekonomi Indonesia tersebut ditopang oleh konsumsi domestik,” ungkap Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa pada acara Leadership Forum Perbanas Institute di Jakarta, Kamis, 1 Desember 2022.
LPS mencatat Indeks Penjualan Ritel dan Production Manufacturing Index (PMI) berada pada level ekspansif. Di tengah ancaman resesi global, sejumlah lembaga justru memprediksi Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,3 persen di tahun 2023.
Prediksi tersebut jauh lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan regional ASEAN. Kinerja ekonomi dalam negeri juga ditopang oleh tren pemulihan ekonomi nasional yang terus berlanjut.
Di tengah pelambatan ekonomi global, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan Indonesia mampu merealisasikan target penurunan inflasi hingga 3 persen di tahun 2023.
“Selain itu, apabila kita melihat indikator-indikator ekonomi riil juga masih menunjukkan tren yang baik. Penjualan ritel tumbuh positif diiringi oleh peningkatan optimisme konsumen,” ungkap Purbaya.
Kinerja intermediasi sektor perbankan nasional terpantau membaik dengan penyaluran kredit pada Oktober 2022 tercatat sebesar 11,9 persen yoy.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di periode yang sama juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 9,4 persen yoy. Purbaya mengatakan hal itu mengindikasikan dana perbankan mulai terdistribusikan dengan baik ke sektor riil untuk menggerakkan perekonomian nasional di tengah pemulihan ekonomi Indonesia.
“Industri perbankan nasional kita masih dalam kondisi yang stabil. Level permodalan bank secara nasional sangat tebal, berada di angka 25,12% per September 2022. Kita bisa sama-sama melihat selama pandemi kemarin, perbankan kita tidak mengalami permasalahan berat salah satunya karena permodalannya yang sangat tinggi tersebut,” tutur Purbaya.
Melansir dari data distribusi simpanan perbankan LPS, jumlah simpanan masyarakat di bank per Oktober 2022 mencapai Rp 7.996 triliun.
Berdasarkan jenis simpanan, deposito mendominasi jumlah simpanan di bank sebesar Rp 2.883 triliun, giro Rp 2.536 triliun, tabungan Rp 2.520 triliun, Deposit on call Rp 55 triliun dan sertifikat deposito Rp 2 triliun.
Sementara itu dari sisi tiering simpanan, simpanan jumbo di atas Rp 5 miliar berkontribusi paling besar dengan nominal mencapai Rp 4.295 triliun atau setara dengan 53,7 persen.
Simpanan rupiah masih menguasai distribusi simpanan nasabah perbankan sebanyak Rp 6.839 triliun dan simpanan dalam valuta asing tercatat Rp 1.157 triliun.