BeritaPerbankan – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa optimis sistem keuangan perbankan nasional masih akan meneruskan tren pertumbuhan pada tahun depan.
Purbaya mengatakan ruang ekspansi dan pertumbuhan sektor perbankan masih terbuka lebar, didukung oleh sejumlah kebijakan dan situasi ekonomi nasional yang masih cukup kondusif untuk beberapa tahun ke depan.
Kondisi permodalan dan likuiditas perbankan terpantau masih kuat di tengah kondisi ketidakpastian global. Sejumlah negara-negara G20 sempat membahas soal perekonomian global yang masih berpotensi mengalami gejolak di tahun depan.
Meskipun perekonomian nasional masih dalam kondisi yang baik, namun kewaspadaan tetap perlu dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan inflasi akibat kenaikan suku bunga acuan yang dapat memicu krisis keuangan.
LPS mencatat kondisi perbankan saat ini jauh lebih baik dibandingkan saat krisis moneter tahun 1998 dan krisis keuangan global pada tahun 2008 lalu. Begitupun saat menghadapi covid-19 Indonesia mampu keluar dari krisis pada tahun 2020.
“Tahun ini kami anggarkan delapan BPR jatuh karena biasanya ada 5-6 BPR yang ditutup setiap tahun. Namun sampai November, belum ada yang jatuh. Ini lebih baik dari perkiraan semula” kata Purbaya.
Purbaya menambahkan, berdasarkan pengalaman krisis yang pernah terjadi, siklus krisis di Indonesia yaitu tujuh tahunan. Terakhir Indonesia mengalami krisis pada tahun 2020 akibat pandemi covid-19 dan mulai bangkit pada tahun 2021. Diperkirakan kondisi keuangan ekonomi Indonesia masih aman setidaknya hingga tahun 2028, meskipun tentu saja mode waspada tetap harus dinyalakan.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, LPS rutin menggelar simulasi setiap tahun untuk mendeteksi secara dini potensi adanya bank yang jatuh.
LPS juga telah melakukan simulasi merespon berbagai kondisi terburuk yang bisa terjadi di industri perbankan termasuk simulasi jika Presiden mengaktifkan kondisi krisis dan bagaimana pelaksanaan program restrukturisasi perbankan dalam kondisi tersebut.