BeritaPerbankan – Krisis energi yang melanda China berpotensi meningkatkan nilai ekspor batubara RI ke negeri tirai bambu tersebut.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memprediksi prospek positif ekspor batubara di akhir tahun 2021 seiring dengan meningkatnya permintaan dari China sebagai salah satu pasar utama ekspor batubara Indonesia.
Seperti yang kita ketahui pada September lalu bahkan hingga sekarang China mengalami kelangkaan energi menjelang musim dingin. Pemerintah China membuka keran impor batubara dari berbagai negara untuk memenuhi kebutuhan listrik warganya sebelum musim dingin tiba.
Beberapa saat lalu China sempat kalang kabut karena pasokan listrik berkurang akibat tidak maksimalnya produksi energi berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengungkapkan meningkatnya permintaan batubara juga didorong oleh kondisi perekonomian China yang mulai membaik pasca pandemi. Pabrik-pabrik dan usaha rumahan sudah mulai bergerak sehingga permintaan pasokan listrik meningkat tajam.
Namun lonjakan tersebut lepas kendali karena harga gas yang melambung tinggi sementara penggunaan batubara sebagai pembangkit listrik mulai dikurangi, akhirnya pasokan listrik tidak sebanding dengan jumlah permintaan.
Negara-negara di Eropa, Korea Selatan dan China yang selama ini mengandalkan gas alam terpaksa menambah penggunaan batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pemerintah China mencatat hampir setengah wilayah di negara itu melewatkan target konsumsi listrik nasional.
Kelangkaan energi menyebabkan sejumlah pabrik berhenti beroperasi, listrik rumah warga padam dan lampu jalan tidak berfungsi.
Mencari pasokan batubara di tengah tingginya permintaan dari pasar global membuat China harus bersaing dengan negara-negara lain guna memperoleh jatah batubara dari negara eksportir salah satunya yang paling diandalkan China adalah batubara Indonesia.
Tantangan lainnya adalah negara produsen juga tidak sanggup memproduksi batubara lebih banyak karena faktor cuaca. Maka tidak heran harga batubara di pasar global melonjak drastis.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan harga batubara mencatatkan angka tertinggi dalam dekade terakhir sebesar US$ 150,03 per ton.
Bagi negara produsen seperti Indonesia, kondisi tersebut akan memberikan prospek yang cerah bagi industri batubara. Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava melaporkan hingga semester I 2021, pasar ekspor masih mendominasi penjualan sebesar 65% dan 35% untuk domestik.
BUMI menargetkan produksi batubara hingga akhir tahun 2021 bisa mencapai 87 juta ton. Semester I tahun 2021 BUMI baru memproduksi batubara sebanyak 40 juta ton. Peningkatan jumlah produksi akan sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Hendra Sinadia mengatakan peluang RI merebut pasar ekspor batubara ke China terbuka lebar. Krisis listrik menjelang musim dingin menjadi kebutuhan mendesak China untuk mendatangkan banyak batubara.
Selama ini China memang menjadi salah satu peminat batubara Indonesia, nilai ekspor ke negara Xi Jinping itu juga meningkat setiap tahunnya.
Peluang emas lain yang didapatkan RI adalah hubungan tidak harmonis China dan Australia yang terlibat perang dagang membuat permintaan batubara China ke Australia berpotensi pindah ke Indonesia.
APBI dan China Coal Transportation and Distribution (CCTDA) pada tahun 2020 lalu menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk memasok hingga 200 juta ton batu bara ke China. Kemungkinan jumlah tersebut akan meningkat hingga akhir ahun 2021 jika melihat kondisi kebutuhan China terhadap pasokan batubara.