BeritaPerbankan – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengumumkan kondisi stabilitas sistem keuangan nasional pada kuartal III tahun 2022 berada pada kondisi yang tangguh (resilience).
Dalam rapat gabungan bersama seluruh anggota KSSK, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi keuangan Indonesia masih tetap terjaga di tengah tingginya gejolak ekonomi dan ketidakpastian global.
“Stabilitas sistem keuangan atau SSK pada kuartal III 2022 tetap berada pada kondisi yang resilience,” ungkap Sri Mulyani, Menteri Keuangan dalam konferensi pers, Kamis (3/11/2022).
Prospek ekonomi tahun depan masih dibayangi oleh sejumlah tantangan global diantaranya kondisi ketidakpastian akibat pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir, ketegangan politik Rusia dan Ukraina menyebabkan gangguan rantai pasokan hingga inflasi yang tinggi.
Di saat yang bersamaan sejumlah negara memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan bank sentral, salah satunya yang paling berdampak secara global adalah kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat yang menyebabkan terjadinya gejolak di pasar keuangan
“Kami berempat berkomitmen untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dengan memperkuat koordinasi dan terus mewaspadai perkembangan dari risiko global termasuk menyiapkan respons kebijakan,” jelas Sri Mulyani.
Pada Agustus lalu Sri Mulyani telah mendeteksi adanya potensi stagflasi yang disebabkan kondisi ekonomi global yang semakin mengkhawatirkan. Sri Mulyani mengatakan risiko stagflasi dan meningkatnya ketidakpastian global menjadi salah satu fokus perhatian KSSK.
Bank Dunia dan IMF telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 dari 4,1 persen menjadi 2 persen. Sedangkan IMF meralat prediksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,6 persen menjadi 3,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi sejumlah negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, China, India dan Eropa diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi awal. Meksi demikian kondisi ekonomi Indonesia nampaknya lebih beruntung karena kondisi ekonomi global yang berpotensi menyebabkan resesi global tahun 2023 tidak akan terlalu berdampak.
Hal itu sempat disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam beberapa kesempatan. Purbaya memperkirakan Indonesia tidak akan mengalami krisis ekonomi dan resesi tahun 2023 melihat kondisi ekonomi dalam negeri menjelang akhir tahun 2022 masih tangguh.
Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa menjadi modal penting dalam meningkatkan domestic demand sehingga Indonesia tidak bergantung pada permintaan luar negeri.
Selain itu Purbaya menambahkan Indonesia sudah memiliki pengalaman dalam menghadapi krisis ekonomi dan pemerintah bersama KSSK terus meningkatkan koordinasi untuk menemukan formula dan solusi menghadapi tantangan ekonomi di tahun 2023.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan Asian Development Bank (ADB) mampu menembus level 5 persen. Meskipun sebelumnya ADB sempat memprediksi Indonesia mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di level 5,2 persen.