BeritaPerbankan – GMR Airports Consortium resmi mengambil alih pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, setelah memenangkan tender strategic partnership Kualanamu International Airport.
PT. Angkasa Pura II dalam keterangan resminya mengatakan pengelolaan dan pengembangan Bandara Kualanamu oleh GMR merupakan kerjasama kemitraan strategis selama 25 tahun.
“Pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu dilakukan dengan skema kemitraan strategis berjangka waktu 25 tahun,” terang PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II dalam keterangan resmi, Selasa (23/11).
GMR Airports Consortium merupakan perusahan patungan yang terdiri dari GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kemitraan strategis ini memiliki nilai investasi Rp85,6 triliun (kurs Rp14.268 per dolar) termasuk investasi dari mitra strategis sebesar Rp15 triliun.
Kartika menambahkan PT Angkasa Pura II (AP II) tetap menjadi pemilik saham mayoritas sebesar 51%, sementara GMR Airports Consortium memegang 49% saham. Kedua korporasi ini tergabung dalam joint venture company (JVCo) yaitu PT Angkasa Pura Aviasi yang akan mengelola Bandara Internasional Kualanamu.
Direktur Utama AP II, Muhammad Awaludin menyambut gembira kerjasama tersebut untuk mendukung transformasi Bandara Internasional Kualanamu sehingga dapat meningkatkan aktivitas penerbangan internasional.
Muhammad Awaludin menambahkan kerjasama kemitraan strategis ini memiliki tujuan 3E yaitu “Expansion the traffic”, “Expertise Sharing”, dan “Equity Partnership”.
Sementara itu President Director of GMR Indonesia, Satyanarayana KV menyambut baik langkah strategis korporasi yang diambil untuk mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu.
Penjualan hampir separuh saham Bandara Internasional Kualanamu kepada pihak asing memicu reaksi pro dan kontra di kalangan masyarakat khususnya di Sumatera Utara.
Bandara kebanggan masyarakat Sumatera Utara kini turut dikelola oleh konsorsium yang berbasis di New Delhi India tersebut. Praktisi hukum Rinto Maha menyesalkan aksi AP II yang menjual sebagian besar sahamnya pada pihak asing.
Rinto tidak mempermasalahkan asing berinvestasi di Bandara Internasional Kualanamu. Namun pengelolaan objek vital seperti bandara yang menyangkut nyawa orang tidak semestinya dipercayakan kepada pihak asing.
“Saya tidak anti terhadap investasi asing, tapi Bandara itu kan objek vital karena menyangkut nyawa semua orang. Kita tidak ingin mempercayakan keselamatan penerbangan pada pihak asing,” katanya.
Rinto menilai AP II sudah menjual aset negara kepada pihak asing dan berencana akan menggugat pihak AP II atas aksi korporasi tersebut.
Rinto menambahkan penjualan 49 persen saham kepada perusahaan India tersebut juga dinilai tidak transparan. Ia curiga ada kepentingan lain di balik penjualan aset negara tersebut.
“Kita nggak informasinya seperti apa? Kalau kira-kira tidak transparan, apalagi ini objek vital masyarakat Sumut, saya akan gugat. Kalau perlu dibatalkan itu,” sebutnya.
Meski menuai kritik namun AP II optimis kerjasama dengan GMR Airports Consortium akan mampu mencapai target peningkatan jumlah penumpang menjadi 54 juta orang per tahun atau setara dengan Bandara Soekarno-Hatta.
Satyanarayana berkomitmen masuknya GMR di Bandara Internasional Kualanamu akan meningkatkan potensi Kualanamu menjadi hub internasional wilayah barat Indonesia dan menjadikan Kualanamu sebagai bandara paling potensial di ASEAN.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan penunjukan GMR Airports Consortium telah mempertimbangkan sejumlah kriteria penting diantaranya pengalaman, jaringan airport dan maskapai penerbangan yang luas sehingga berpotensi meningkatkan jumlah rute penerbangan dari dan ke Bandara Internasional Kualanamu.