Beritaperbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan, likuiditas perbankan dari sisi simpanan menunjukkan kenaikan sekitar 10,3%. Kondisi ini bisa menjadi sinyal bahwa perekonomian Indonesia bisa tumbuh positif tahun ini
“Kalau kita lihat dari indikator perbankan menunjukkan kenaikan juga per Oktober 2021 itu dari sisi aset likuid terhadap non core deposit itu menunjukkan bagaimana likuiditas di perbankan itu mencapai 155% dibanding Desember 2020 sebesar 146,7%,” kata Kepala Eksekutif LPS, Lana Soelistianingsih dalam Market Review IDX Channel.
Diketahui bahwa Bank Indonesia (BI) dari sisi kebijakan moneter masih melakukan pelonggaran likuiditas. BI juga menurunkan suku bunga dari waktu ke waktu dan terakhir di 3,5%.
“Nah ini upaya untuk Bank Indonesia tetap menjaga likuiditas perbankan. Kita lihat itu konsisten kebijakannya dan kita lihat perbankan dari sisi likuiditas non core deposit menunjukkan peningkatan juga,” ujarnya.
Menurut Lana, kinerja perbankan masih ada ruang tunggu dari perkiraan LPS untuk pertumbuhan ekonomi secara ril antara 4,6% – 5,2% dengan baseline 4,9%. “Kalau inflasi ini bisa dijaga di level 2%, jadi untuk baseline di 2022 pertumbuhan kredit diperkirakan masih bisa tumbuh sekitar 7% secara dia inline dengan PDB nominalnya,” kata dia.
LPS melihat dari sisi prospek pertumbuhan ekonomi tersebut ada peningkatan ditambah dengan konsumsi-konsumsi dari data sektor ril sudah terlihat keyakinan konsumen sudah menunjukkan kenaikan, PMI dari sisi pelaku usaha manufaktur yang optimis 53,5 di atas level 50.
“Ini menunjukkan kenaikan yang konsisten sepanjang 6 bulan terakhir dari tahun 2021, dan ini kami yakini akan terus meningkat seiring dengan konsumsi rumah tangga yang membaik,” katanya.
Namun, Lana mewanti-wanti dengan kasus Covid-19 varian Omicron walaupun masih dibawah 1.000, dan mudah-mudahan tidak terjadi lonjakan seperti sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan kredit nantinya masih akan didorong dari konsumsi dan modal kerja. Sebab dari kredit investasi dirasa belum bisa mendorong, karena kapasitas ekonomi belum mencapai potensial outputnya.
“Ada ruang masih bisa tumbuh diatas lagi, kalau dilihat dari skenario optimis kami bisa mencapai minimal 7,2%-8,9%,” tutup Lana.