BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) optimis pertumbuhan kredit perbankan akan mencapai level 7,5 Persen (yoy) sepanjang tahun 2022, seiring dengan tren positif intermediasi perbankan dan penurunan suku bunga simpanan yang relatif melambat.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa memastikan risiko likuiditas perbankan dalam kondisi aman di tengah tren kenaikan inflasi dan risiko faktor eksternal yang dapat mempengaruhi gerak pertumbuhan pemulihan ekonomi nasional.
“Banking stability index (BSI) per 18 Mei 2022 di level normal-stabil (99,20),” jelas Purbaya dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (26/5/2022).
Hal senada juga disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat stabilitas sektor keuangan dan kinerja intermediasi yang terus meningkat di tengah ketidakpastian global.
Hal itu berdampak positif terhadap kelanjutan program pemulihan ekonomi nasional. Data per April 2022 kredit perbankan tumbuh 9,10 persen yoy atau naik 3,69 persen dari bulan Maret yang berada di level 6,67 persen yoy.
Sektor pertambangan dan manufaktur mengalami kenaikan kredit paling tinggi masing-masing sebesar Rp21,5 triliun dan Rp20,8 triliun. Sementara itu dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 10,11 persen yoy atau 0,08 persen ytd.
Likuiditas perbankan masih perkasa dan mampu menyalurkan lebih banyak kredit usaha dalam rangka melanjutkan momentum pemulihan ekonomi nasional.
Kondisi likuiditas perbankan yang masih longgar salah satunya didorong oleh kebijakan besaran tingkat bunga penjaminan(TBP) LPS yang masih berada di level terendah yaitu 3,50 persen untuk simpanan rupiah di bank umum, 0,25 persen untuk simpanan valuta asing dan 6,00 untuk simpanan di BPR/BPRS yang berlaku untuk periode 28 Mei hingga 30 September 2022 .
Purbaya menambahkan kondisi likuiditas perbankan dan intermediasi diprediksi akan terus membaik terlebih baru-baru ini bank sentral telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50 persen.
“Risiko likuiditas bank terjaga dipengaruhi kebijakan bank sentral yang masih mempertahankan suku bunga acuan,” kata Purbaya melanjutkan.
“Kondisi likuiditas perbankan masih relatif kuat dengan ditopang oleh pertumbuhan DPK yang stabil, sementara tingkat permodalan serta fungsi intermediasi perbankan yang juga menunjukkan pemulihan,” jelas Purbaya.
Pertumbuhan ekonomi nasional mulai menampakkan tren positif. LPS memproyeksikan permintaan kredit usaha akan terus meningkat pada tahun 2022 karena pengusaha sudah mulai percaya diri membangun kembali usaha mereka yang sempat tersendat akibat pandemi.
Meningkatnya jumlah debitur menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan untuk mempersiapkan likuiditas pembiayaan kredit usaha. Bank harus menerapkan inovasi strategi pengumpulan DPK yang lebih efektif dan optimal serta tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit dengan mempertimbangkan latar belakang profil calon debitur guna meminimalisir kredit macet.