BeritaPerbankan – Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, bersama Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah menandatangani Nota Kesepahaman antara Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Kamis (19/04/2024) di Kampus ITB, Kota Bandung, Jawa Barat.
Kerjasama dua institusi ini akan berfokus pada pengembangan sumber daya manusia dan dunia pendidikan bagi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan di Indonesia. Dengan demikian, kolaborasi antara LPS dan ITB diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan pendidikan, penelitian, dan keuangan di Indonesia.
“LPS sangat peduli terhadap pengembangan sumber daya manusia serta dunia pendidikan secara keseluruhan, karena dampak yang akan ditimbulkan akan bermuara terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan di Indonesia,” ujar Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa.
Purbaya mengatakan Nota Kesepahaman ini mencakup integrasi pembelajaran tentang LPS di ITB serta sosialisasi fungsi dan tugas LPS melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Hal ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran LPS dalam menjamin keamanan simpanan masyarat di bank dalam program penjaminan simpanan yang telah dilakukan sejak tahun 2005.
Purbaya menambahkan pelaksanaan UU P2SK dalam mandat penjaminan polis asuransi memerlukan SDM yang kompeten, sehingga kerjasama dalam penelitian dan kegiatan keilmuan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, sementara pengembangan sumber daya manusia akan diperkuat untuk mendukung pelaksanaan mandat LPS dalam penjaminan polis asuransi.
“Kami optimis melalui nota kesepahaman ini, kita dapat merancang kegiatan-kegiatan yang konkret untuk kemajuan dua belah pihak,” ucap Purbaya.
Untuk memastikan ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas, LPS berkomitmen memberikan beasiswa kepada mahasiswa-mahasiswa teknik, sehingga diharapkan para lulusan teknik ini dapat berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Dengan semakin banyak lulusan teknik yang bekerja sesuai bidangnya, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang yang berkelanjutan akan tercapai yang pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi Indonesia” jelasnya.
Purbaya mengungkapkan saat ini perhatian dunia keuangan sedang tertuju pada tren ekonomi hijau untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Dia optimis melalui institusi akademis, terutama yang memiliki latar belakang keilmuan teknologi, dapat dihasilkan ragam inovasi dalam mewujudkan konsep ekonomi hijau. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dalam konteks ekonomi hijau, diharapkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat terwujud.
Rektor ITB, Prof. Reini, menyambut dengan antusias kerja sama ini pada kesempatan tersebut. Menurutnya, kolaborasi ini memiliki potensi untuk memberikan dampak yang signifikan, tidak hanya dalam bidang akademis, tetapi juga dalam mendorong stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional.
Salah satu proyeksi dari kerja sama ini adalah program pembiayaan untuk penelitian dosen. Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, produksi publikasi ilmiah, mendukung inovasi, dan meningkatkan daya saing internasional.
“Diharapkan para dosen ini juga dapat menjadi tenaga ahli penuh dalam mendukung Gerakan Indonesia Emas 2045 serta memberikan kontribusi yang signifikan pada kemajuan bangsa,” ungkap Prof. Reini.
Nota kesepahaman ini telah direncanakan sejak awal tahun dan kini telah diimplementasikan. Hal ini merupakan wujud sinergi yang positif antara pihak regulator dan dunia akademis. LPS menilai penting bagi regulator untuk mendapatkan umpan balik dari institusi pendidikan agar kebijakan yang diadopsi dapat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Sebaliknya, regulator juga akan memberikan arahan kepada lembaga pendidikan agar program akademisnya tetap relevan dengan tuntutan industri dan masyarakat.