BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bersama Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT) secara resmi memperpanjang Nota Kesepahaman (MoU) yang telah terjalin sejak 2018. Perpanjangan MoU ini menandai komitmen berkelanjutan dalam kerjasama yang meliputi berbagai program, termasuk survei dan riset bersama, beasiswa untuk mahasiswa berprestasi dan kurang mampu, serta partisipasi mahasiswa dan dosen dalam kegiatan tahunan LPS Call for Research.
Acara penandatanganan MoU ini dilanjutkan dengan kuliah umum yang menghadirkan Wakil Ketua Dewan Komisioner LPS, Lana Soelistianingsih, sebagai pembicara utama. Dalam sambutannya, Lana menegaskan pentingnya kolaborasi antara LPS dan dunia pendidikan untuk mendukung stabilitas sistem keuangan dan pengembangan kapasitas akademik.
Lana menegaskan bahwa LPS berkomitmen untuk terus memperluas kerjasama dengan UNSRAT. Menurutnya, kolaborasi dengan universitas memberikan manfaat yang besar bagi kedua belah pihak, serta memiliki dampak positif yang luas bagi masyarakat. Ia menambahkan bahwa program riset bersama antara LPS dan UNSRAT menciptakan ruang bagi pengembangan pengetahuan dan inovasi yang relevan dengan kebutuhan industri keuangan.
“Kerjasama antara LPS dan dunia kampus sangat potensial untuk menciptakan sinergi yang saling menguntungkan. Kami akan terus bekerja sama dalam berbagai bidang, menggali potensi baru, serta memperkuat sinergi yang telah terbangun,” jelas Lana.
Selain itu, LPS juga memberikan beasiswa kepada mahasiswa UNSRAT yang berprestasi dan membutuhkan bantuan biaya pendidikan, serta menyediakan kesempatan bagi dosen dan mahasiswa untuk terlibat dalam riset-riset keuangan yang diadakan oleh LPS.
Wakil Rektor II Universitas Sam Ratulangi, Prof. Dr. Roike Iwan Montolalu, menyambut positif perpanjangan MoU ini. Prof. Roike mengungkapkan bahwa kolaborasi ini akan memperkuat sinergi antara lembaga pendidikan tinggi dan institusi keuangan nasional, yang pada gilirannya akan memberikan manfaat bagi banyak pihak.
“Perpanjangan MoU ini merupakan langkah konkret dalam memperkuat kerja sama yang saling menguntungkan antara UNSRAT dan LPS. Dengan dasar MoU ini, kami berharap dapat mengembangkan berbagai bentuk kerja sama baru, termasuk pelatihan, riset bersama, pengembangan kurikulum berbasis industri, serta pemberdayaan masyarakat,” ujar Roike.
Lebih jauh, Prof. Roike menekankan pentingnya sinergi ini dalam menciptakan peluang baru bagi mahasiswa dan dosen dalam mengembangkan pengetahuan yang aplikatif dan relevan dengan kebutuhan pasar kerja di masa depan. Kerjasama ini diharapkan mampu memperkuat posisi UNSRAT sebagai universitas yang berperan aktif dalam mendorong inovasi di sektor keuangan nasional.
Dalam kuliah umum yang disampaikan di hadapan mahasiswa UNSRAT, Lana Soelistianingsih juga memaparkan berbagai tantangan ekonomi global dan nasional yang mempengaruhi stabilitas sistem keuangan Indonesia. Tensi geopolitik global, kebijakan perdagangan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara besar menjadi faktor yang patut diwaspadai.
“Perekonomian global masih menghadapi tantangan besar, terutama dari ketidakpastian kebijakan di beberapa negara besar. Di Indonesia, kita perlu fokus pada upaya mendorong konsumsi masyarakat dan meningkatkan investasi untuk menjaga stabilitas ekonomi,” ungkap Lana.
Namun, Lana juga menyoroti potensi besar yang dimiliki Indonesia melalui bonus demografi. Dengan populasi usia produktif yang besar, Indonesia memiliki kesempatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan jika mampu mengelola tenaga kerja secara efektif.
“Bonus demografi ini menjadi salah satu kekuatan utama perekonomian Indonesia. Tantangannya adalah bagaimana menyeimbangkan antara pasokan dan permintaan tenaga kerja agar bonus demografi ini dapat dimanfaatkan dengan optimal,” tambah Lana.
Dalam bagian akhir kuliah umumnya, Lana mengajak para mahasiswa UNSRAT untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan pribadi. Menurutnya, generasi muda harus memiliki literasi keuangan yang baik agar dapat merencanakan masa depan secara matang. Dengan literasi keuangan yang baik, generasi muda dapat lebih siap menghadapi tantangan ekonomi di masa depan. Mereka juga akan lebih mampu mengambil keputusan finansial yang cerdas dan terhindar dari risiko yang tidak perlu.
“Mahasiswa perlu membangun budaya menabung sejak dini dan tidak terbawa oleh tren FOMO (fear of missing out). Kenali instrumen-instrumen keuangan yang sesuai dengan kebutuhan. Semua bank di Indonesia telah menjadi peserta program penjaminan LPS, yang menjamin simpanan hingga Rp 2 miliar per nasabah per bank,” tutur Lana.