BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mendorong investor dari kalangan millenial untuk memperluas literasi keuangan sebelum berinvestasi, agar hasil investasi dapat lebih optimal dan meminimalisir potensi kerugian.
Sekretaris LPS Dimas Yuliharto mengimbau generasi Y atau millenial untuk memiliki literasi keuangan yang cukup sebelum terjun ke bisnis investasi. Millenial bisa mulai berinvestasi pada produk-produk minim risiko seperti tabungan, giro dan deposito.
Dimas menambahkan produk simpanan di bank masuk dalam penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sehingga meminimalisir risiko kerugian sepanjang nasabah mengikuti aturan yang ditetapkan LPS.
Generasi muda yang masih produktif bisa mulai mempersiapkan investasi untuk dana darurat, ragam produk asuransi dan dana hari tua atau simpanan untuk pensiun.
Meskipun produk-produk tersebut minim risiko bukan berarti bebas risiko.Dimas meminta kaum milenial tetap harus mengenal dan memahami produk investasi yang akan dibeli atau digunakan. Kenali cara kerja instrumen investasi, keuntungan dan risikonya.
“[Investor milenial] harus tahu risiko dan jangka waktu produk investasinya seperti apa. Jangan sampai belum tahu risiko, tapi sudah masuk dan membeli produk tersebut sehingga ketika ada sesuatu yang tidak sesuai harapan lalu kecewa,” kata Dimas pada webinar “Belanja Cuan: Financially Happy Muda Senang, Tua Tetap Tenang” dalam acara Bisnis Muda Day 2, Sabtu (11/6/2022).
Literasi keuangan yang baik, disebutkan LPS, akan mengurangi risiko generasi milenial terjebak modus penipuan berkedok investasi seperti skema ponzi, monkey bussiness hingga investasi bodong.
Pada Desember 2021 Satgas Waspada Investasi (SWI) telah menutup setidaknya sembilan entitas investasi ilegal seperti investasi kripto yang tidak mengantongi izin dari otoritas pengawas.
Manfaat selanjutnya dari literasi keuangan bagi kaum milenial adalah mampu mengelola dan merencanakan alokasi penghasilan untuk masa depan.
Dimas menambahkan salah satu indikator seseorang paham literasi keuangan adalah mampu membuat perencanaan dan pengelolaan keuangan saat menerima penghasilan atau gaji setiap bulannya.
Generasi Millenial di usia produktifnya harus mempersiapkan simpanan hari tua, asuransi kesehatan dan dana darurat.
Anak-anak muda dituntut harus pandai mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk mulai berinvestasi agar dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup yang lebih baik.
Survei Alvara Indonesia (2020) mencatat alokasi penghasilan untuk investasi di kalangan millenial masih relatif rendah yaitu 10,7 persen untuk tabungan dan investasi. Sementara itu konsumsi untuk Internet dan telekomunikasi justru lebih tinggi yakni 13 persen.
Dani Rachmat, seorang Financial Influencer mengatakan porsi investasi tersebut masih terbilang rendah untuk mencapai tujuan jaminan pensiun.
Dani menambahkan, idealnya alokasi pendapatan untuk investasi sebesar 20 persen, 50 persen untuk kebutuhan mutlak dan 30 persen kebutuhan tersier atau keinginan.
Jika ingin berinvestasi dengan tujuan untuk mempersiapkan dana pensiun maka sebaiknya dilakukan sejak masih muda sehingga dana hasil investasi lebih mudah untuk ditabung. Berinvestasi sejak muda juga memberikan kesempatan kepada uang kita untuk bekerja lebih lama sebelum masa pensiun tiba.