BeritaPerbankan – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa optimis perekonomian nasional dan industri perbankan dalam negeri tidak akan signifikan terdampak oleh krisis ekonomi global, yang disebutkan sejumlah pakar berpotensi menimbulkan resesi global di tahun 2023.
LPS menilai efek yang timbulkan oleh resesi ekonomi global dapat mempengaruhi kondisi perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan perbankan namun tidak akan terlalu parah. Terlebih sejumlah indikator penting terpantau aman untuk melanjutkan tren pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2022 di tahun depan.
“Saya termasuk orang yang optimistis, bahwa kalau kita menjalankan kebijakan fiskal, moneter, dan kebijakan ekonomi umumnya dengan benar, seharusnya (ekonomi) kita enggak parah parah amat,” ujar Purbaya.
Berdasarkan pengalaman Indonesia menghadapi krisis ekonomi global pada tahun 2008, dimana dunia mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, perekonomian Indonesia justru mampu tumbuh 4,6 persen.
Purbaya menuturkan, Indonesia mampu mengatasi ancaman krisis ekonomi tahun 2008 lalu karena permintaan dalam negeri yang cukup besar. Begitupun yang akan terjadi pada tahun depan.
Kondisi perekonomian dalam negeri tahun 2022 bahkan tercatat lebih baik dibandingkan tahun 2008 silam. LPS optimis dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang terus meningkat serta ditunjang oleh kebijakan moneter dan fiskal yang supportif, maka peluang Indonesia meredam dampak krisis ekonomi global akan terbuka lebar.
LPS mencatat pada kuartal III 2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu menyentuh level 5,72 persen yoy dengan level inflasi pada November 2022 terpantau berada di level 5,42 persen yoy.
Purbaya menambahkan, kalaupun situasi ekonomi global semakin memburuk dan berdampak cukup besar terhadap stabilitas ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi dalam negeri masih bisa tumbuh 4,6 persen
“Sial-sialnya kalau semuanya pada negatif kalau kita bener kebijakannya. Paling sial kita masih bisa tumbuh 4,6 persen tapi saya yakin kita bisa tumbuh di atas itu,” ucapnya.
Sektor perbankan, dikatakan Purbaya, diproyeksikan tidak akan banyak terpengaruh oleh krisis ekonomi global tahun 2023. LPS optimis tidak akan ada bank umum dalam negeri yang jatuh akibat krisis ekonomi di tahun 2023.
Bank-bank besar masih cukup perkasa menghadapi tantangan ekonomi global tahun depan. Adapun prediksi jatuhnya sejumlah BPR di tahun depan merupakan hal yang lumrah.
Purbaya menjelaskan setiap tahunnya 6-7 BPR ditutup izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan itu merupakan fenomena yang lazim. Saat ini LPS menilai bank umum dalam negeri tidak akan ada yang bangkrut di tahun depan.
“Saya tidak mengantisipasi bank besar ada yang jatuh tahun depan. Kalau BPR sih biasa, setiap tahun mungkin 6-7 bank jatuh, tahun ini tambah sedikit sekali,” ungkap Purbaya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi perekonomian nasional pada tahun 2023 masih akan melanjutkan tren pertumbuhan yang positif.
Pertumbuhan ekonomi RI ditopang oleh meningkatnya kinerja konsumsi, investasi dan ekspor yang mampu berkontribusi dalam pengendalian laju inflasi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan sejumlah lembaga keuangan internasional memprediksi perekonomian Indonesia masih akan tumbuh di tahun 2023.
“Berbagai lembaga dunia, baik itu OECD, IMF, World Bank, ADB (Asian Development Bank) itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kita antara 4,7 sampai 5,1 (persen) di tahun depan,” ujar Menko Perekonomian dalam keterangan pers usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna , Selasa (06/12/2022) sore, di Kantor Presdien, Jakarta.
Proyeksi tersebut didasarkan pada peningkatan penanganan risiko COVID-19 dan percepatan vaksinasi yang relatif baik, dukungan fungsi APBN fiskal sebagai shock absorber, harga-harga komoditas yang tinggi, dan sukses presidensi G20 yang meningkatkan kredibilitas Indonesia di pasar internasional.
Airlangga optimis laju inflasi dalam negeri mampu dikendalikan di level 5,34 persen hingga 5,5 persen sampai akhir tahun. Sebelumnya tingkat inflasi Indonesia berada di level 5,9 persen, 5,72 persen dan 5,34 persen.