BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengklaim pemulihan ekonomi domestik terus menunjukkan tren peningkatan menjelang akhir tahun 2022. LPS melihat resiliensi ekonomi nasional dipengaruhi oleh tingginya konsumsi domestik dan pertumbuhan investasi.
Anggota Komisioner LPS, Didik Madiyono menuturkan gejolak ekonomi global yang menyebabkan ketidakpastian mampu diatasi dengan konsumsi domestik yang besar, sehingga kondisi perekonomian nasional masih terjaga dengan baik dan solid.
Indikator positif tersebut menjadi modal penting bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi di tahun 2023 di tengah kondisi perekonomian global yang masih suram.
Pertumbuhan konsumsi domestik menyelamatkan Indonesia dari ketergantungan terhadap permintaan luar negeri yang mana saat ini sejumlah negara sedang berjibaku menghadapi krisis ekonomi yang disebabkan oleh multi faktor seperti dampak pandemi covid-19, krisis energi hingga ketegangan Rusia dan Ukraina.
Resiliensi ekonomi nasional yang solid juga didukung oleh performa kinerja industri perbankan. Didik mengatakan stabilitas sistem perbankan masih sangat kuat, kondisi likuiditas perbankan terpantau longgar dan fungsi intermediasi juga terus bertumbuh.
“Selain itu, industri perbankan juga berada dalam kondisi yang stabil dengan tingkat permodalan yang kuat, tingkat likuiditas yang ample, dan pertumbuhan profitabilitas yang memadai,” ujarnya.
Pada kuartal III 2022, pertumbuhan ekonomi RI tercatat mencapai 5,72 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan pada kuartal II 2022 yaitu 5,45 persen. Pencapaian tersebut mampu mengungguli pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota G20 lainnya.
Ketahanan industri perbankan terus menguat dengan tingkat permodalan perbankan 25,12 persen pada September 2022.
Pertumbuhan kredit perbankan masih melanjutkan tren kenaikan dengan penyaluran kredit tumbuh mencapai 11 persen secara tahunan (yoy) dan dana pihak ketiga (DPK) yang sempat melandai, kini kembali berangsur normal dengan pertumbuhan DPK sebesar 6,77 persen yoy.
“Hal ini mengindikasikan bahwa intermediasi perbankan terus mengalami peningkatan dengan risiko kredit yang terkendali. Likuiditas perbankan masih sangat memadai untuk mendorong pertumbuhan kredit ke depan dengan indikasi Alat Likuid/Non-Core Deposit /AL/NCD yang sebesar 121,61% atau dua kali lebih tinggi dari threshold yang sebesar 50%,” jelasnya.
Meskipun sejumlah indikator ekonomi menunjukkan bahwa perekonomian nasional dalam kondisi resilince, namun Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK dan LPS akan terus meningkat koordinasi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mengantisipasi potensi risiko global di tahun 2023.