BeritaPerbankan – Normalisasi kebijakan moneter yang akan dilakukan oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) direspon oleh Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
Purbaya pada Senin (22/11) mengatakan langkah The Fed menormalisasi kebijakan suku bunga (tapering) tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan.
Menurut Purbaya, dampak kebijakan tapering The Fed dapat diatasi dengan kebijakan fiskal dan moneter Indonesia yang akomodatif dan suportif dalam mengantisipasi berbagai faktor eksternal yang berpotensi mengguncang perekonomian nasional.
Purbaya optimis perekonomian nasional akan tumbuh lebih baik pada tahun 2022. Kebijakan moneter dan fiskal Indonesia dirancang untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan mempengaruhi perekonomian dalam negeri akan tetap solid tahun depan.
Meski demikian Purbaya mengingatkan agar Indonesia tetap dalam mode waspada mengantisipasi faktor ketidakpastiaan dalam pemulihan ekonomi global.
Efek tantrum diprediksi tidak akan seburuk seperti tahun 2013 yang berdampak secara global. Hal itu lantaran The Fed sudah melakukan komunikasi mengenai kebijakan normalisasi suku bunga bank sentral AS sehingga pasar mulai bersiap menghadapi efek kebijakan fiskal AS ini.
Sebelumnya The Fed mengumumkan akan menerapkan kebijakan tapering off seiring dengan perekonomian AS yang mulai menunjukan tren positif.
Langkah pertama yang dilakukan The Fed adalah mengurangi pembelian aset (quantitative easing/QE) yang awalnya senilai US$ 120 miliar per bulan secara bertahap akan dibatasi.
Diperkirakan The Fed akan mulai mengurangi QE pada bulan November atau Desember sesuai dengan pernyataan pimpinan The Fed, Jerome Powell yang mengatakan bahwa tapering dipastikan akan mulai dilakukan secara bertahap pada tahun 2021.
Menurut analisa pasar, The Fed diperkirakan akan membutuhkan waktu 8 bulan untuk mengurangi nilai QE secara bertahap US$ 15 miliar setiap bulannya.
Sementara itu kebijakan normalisasi suku bunga diprediksi baru akan dilakukan pada September tahun 2022 mengingat saat ini AS tengah menghadapi inflasi yang tinggi. Analisa ini diperkuat dengan sinyal dari para anggota The Fed yang kemungkinan akan menaikan suku bunga pada pertengahan tahun depan.
Prediksi berbeda disampaikan Jim O’Sullivan, kepala strategi makro di TD Securities. Ia memperkirakan The Fed tidak akan menaikan suku bunga hingga akhir tahun 2023.
O’Sullivan menambahkan The Fed harus mengambil kebijakan sesuai dengan arah perekonomian sehingga tidak menimbulkan kekacauan pada perekonomian nasional maupun global.
Survey yang dilakukan Reuters melaporkan 40 dari 67 ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga baru akan dilakukan oleh The Fed pada tahun 2023. Para ekonom beralasan kondisi inflasi mendorong The Fed bersabar untuk menaikan suku bunga, yang merupakan bagian dari langkah tapering yang dimulai pada tahun 2021.
Ekonom Senior yang pernah menjabat Menteri Keuangan , Chatib Basri melihat secara fundamental Indonesia sudah lebih siap menghadapi dampak tapering off The Fed dibandingkan pada tahun 2013 lalu.
“Perkiraan saya karena tapering kalau toh rupiah melemah, itu tidak akan setajam 2013, 2015 atau 2018. Tapi kalau ada kasus lain seperti Covid-19 yang melonjak mungkin bisa di atas 15.000,” jelasnya.