BeritaPerbankan – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan kondisi perbankan nasional dalam keadaan sehat dan stabil di tengah pandemi covid-19.
Industri perbankan dikatakan Purbaya mampu keluar dari tekanan akibat pandemi yang menghantam dua tahun belakangan ini. Hal itu disampaikan Purbaya di tengah kunjungannya memantau pembayaran klaim penjaminan simpanan nasabah BPR Utomo Widodo yang dicabut izin usahanya pada 12 Agustus lalu.
Indikasi sistem perbankan Indonesia masih terkendali, salah satunya dapat dilihat dari rata-rata unit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tutup selama pandemi masih dalam angka rata-rata alias wajar.
Hal itu justru menjadi pertanda baik bahwa industri perbankan mampu bertahan dari tekanan selama pandemi berlangsung.
“Dari data kami, umumnya BPR yang ditutup disebabkan oleh mismanajemen. Saya mencermati apakah ada BPR yang ditutup karena dampak dari pandemi Covid-19. Ternyata tekanan pada perbankan selama masa pandemi ini masih dapat dikendalikan, terlihat dari jumlah rata-rata BPR yang ditutup cenderung sama sejak tahun 2005 hingga 2021 berkisar enam hingga delapan BPR,” kata Purbaya dalam keterangannya, Jumat (10/12/2021).
Meskipun terpantau sehat, namun LPS bersama anggota KSSK akan terus mengevaluasi dan memantau kondisi perekonomian dan keuangan nasional. Apabila terdeteksi gangguan yang mengancam stabilitas keuangan dan ekonomi, KSSK sudah mempersiapkan berbagai kebijakan untuk penanganan dan pencegahan.
Purbaya mengapresiasi pencapaian industri perbankan sejak tahun 1998 hingga 2021 yang dinilai tidak mengalami tekanan yang besar sehingga total pembayaran klaim penjaminan LPS masih dalam batas wajar.
Dalam kesempatan yang sama Purbaya membeberkan data klaim penjaminan LPS sudah diberikan sebanyak Rp 1,69 triliun kepada 265.797 rekening nasabah sejak tahun 2005 hingga 2021. Sebanyak Rp 1,49 triliun diantaranya diberikan kepada nasabah BPR dan Rp 202 miliar untuk nasabah Bank Umum.
“Yang dibayarkan ke bank umum ada Rp 202 miliar dan untuk BPR ada Rp 1,49 triliun. Saya melihat ini pertanda baik, artinya setelah tahun 1998 sektor perbankan kita tidak mengalami tekanan yang sangat masif ini bisa jadi karena manajemen yang baik atau memang ekonomi kita baik,” jelasnya.
Dalam media workshop di Bandung, Sabtu (11/12) Purbaya kembali menegaskan bahwa kondisi industri perbankan mulai membaik pada akhir tahun 2021 setelah berjuang keluar dari tekanan akibat pandemi.
Purbaya memaparkan pemerintah bersama anggota KSSK termasuk LPS telah menerapkan sejumlah kebijakan sebagai respon untuk meminimalisir pelemahan industri keuangan perbankan serta mendorong industri perbankan untuk bangkit.
Purbaya menambahkan sejak Mei 2021 indikasi kondisi perbankan terus membaik sudah terlihat, terutama saat memasuki kuartal IV 2021.
Kekinian kondisi kekhawatiran masyarakat menyimpan uang di bank kecil dan pindah ke bank besar juga sudah mulai turun. Dia juga menyebut saat ini uang sudah masuk dalam sistem.
Purbaya mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sudah mulai merata di setiap bank. Hal itu menandakan tekanan yang dirasakan perbankan sudah mulai berkurang.
Kondisi baik tersebut turut dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai bangkit seiring dengan kasus covid-19 yang terus mengalami tren penurunan dan aktifitas ekonomi masyarakat berangsur normal.
Purbaya menyoroti permintaan kredit mulai meningkat di tengah pemulihan ekonomi dan likuiditas perbankan juga terpantau cukup longgar.
Dalam laporan LPS disampaikan bahwa intermediasi perbankan akan terjadi secara bertahap beriringan dengan laju pemulihan ekonomi dan kepercayaan diri korporasi untuk kembali berinvestasi.
Namun LPS mengingatkan perbankan masih harus mewaspadai risiko kredit macet di tengah tren kenaikan permintaan kredit meskipun pemerintah masih akan memberlakukan relaksasi kredit hingga tahun 2023 mendatang.