Berita Perbankan – Laporan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan bahwa kinerja industri perbankan tetap solid selama tahun 2023 hingga tahun depan, meskipun ada beberapa risiko yang masih mengintai. Salah satu risiko tersebut adalah tingginya tekanan inflasi di seluruh dunia yang berlanjut, yang berdampak pada kebijakan suku bunga bank sentral global yang cenderung dipertahankan tinggi.
Meskipun demikian, sektor perbankan tetap stabil dalam menghadapi tantangan ini. Hal ini menunjukkan ketangguhan industri perbankan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Di tengah proses pemulihan ekonomi global, perbankan tetap memberikan dukungan yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Kinerja industri perbankan terjaga stabil dari sisi permodalan, likuiditas dan rentabilitas. Lalu, fungsi intermediasi menunjukkan pertumbuhan positif dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dari penghimpunan dana,” ujar Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa di Jakarta, Jum’at (29/9).
Meskipun kinerja perbankan nasional relatif stabil dan solid, dalam menghadapi situasi ini, perbankan harus tetap waspada terhadap risiko-risiko yang ada, seperti perubahan kondisi ekonomi global yang dapat memengaruhi kinerja industri perbankan tanah air.
LPS mengamati kinerja industri permodalan (KPMM) perbankan tetap solid pada level 27,46 persen pada bulan Juli 2023. Di samping itu, tingkat likuiditas perbankan juga terus terjaga dengan baik, dengan rasio alat likuid (AL)/dana pihak ketiga (DPK) mencapai 26,49 persen pada bulan Agustus 2023.
Sementara itu, kinerja intermediasi perbankan terpantau terus mengalami peningkatan. Pada bulan Agustus 2023, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 9,06 persen secara tahunan, sementara simpanan dana pihak ketiga (DPK) meningkat sebesar 6,24 persen dalam periode yang sama. Selain itu, rasio kredit bermasalah (NPL) bruto per bulan Agustus 2023 tetap terkendali, yaitu sebesar 2,50 persen.
“Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik,” kata Purbaya.
Purbaya menambahkan bahwa LPS terus mengawasi pergerakan suku bunga simpanan di sektor perbankan Indonesia, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Terdapat kenaikan yang terbatas dalam suku bunga pasar simpanan rupiah sebesar 5 bps, mencapai 3,29 persen dibandingkan dengan bulan Mei 2023.
Ini mengindikasikan bahwa perbankan masih berada dalam proses penyesuaian dan merespon kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral, baik Bank Indonesia maupun bank sentral utama di tingkat global.
Selanjutnya, dalam periode yang sama, suku bunga simpanan valuta asing juga mengalami peningkatan sebesar 25 bps, mencapai 1,86% dibandingkan dengan tingkat suku bunga penjaminan pada bulan Mei 2023.
“Suku bunga kebijakan global khususnya Fed rate yang masih naik dan potensial dipertahankan tinggi berdampak pada laju kenaikan SBP valuta asing. Meski demikian, kondisi likuiditas valuta asing perbankan yang relatif terjaga mendorong kenaikan SBP valas lebih moderat,” jelas Purbaya.