BeritaPerbankan – Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Lana Soelistianingsih mengatakan kondisi Perbankan nasional berada dalam level aman meski di tengah lonjakan inflasi global.
Lana menambahkan inflasi di Indonesia masih relatif terjaga yaitu berada pada level 3,55 persen dengan tren yang cenderung melambat. LPS memprediksi perlambatan inflasi di tanah air akan berlangsung hingga akhir tahun.
Hal itu didukung oleh situasi pandemi yang mulai rendah dan pertumbuhan ekonomi yang terus membaik melalui program pemulihan ekonomi nasional.
Seperti diketahui kondisi perekonomian Amerika Serikat mengalami pukulan keras akibat pandemi covid-19. Bahkan laju inflasi di negeri Paman Sam itu mencapai 8,3 persen pada bulan April 2022 menurut laporan Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS.
Angka tersebut melampaui prediksi inflasi Dow Jones yang sebesar 8,1%. Kondisi tersebut memaksa bank sentral AS The Fed mulai melakukan pengetatan dengan menaikan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan.
The Fed menaikan suku bunga acuan bank sentral sebanyak 50 bps menjadi 0,75-1%, yang mana merupakan kenaikan suku bunga acuan tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Bos The Fed Jerome Powell memberikan sinyal akan kembali menaikan suku bunga acuan pada pertemuan berikutnya.
LPS optimis kebijakan moneter The Fed tidak akan banyak mempengaruhi perekonomian nasional karena karakteristik konsumen di Amerika Serikat dan Indonesia berbeda. Untuk mendukung stabilitas keuangan perbankan LPS mengumumkan besaran tingkat bunga penjaminan LPS masih sama seperti periode sebelumnya.
“Kalau The Fed naik, saya tekankan kita bukan jajahan Amerika Serikat (AS). Jadi, kebijakan kita tergantung kondisi finansial di dalam negeri,” jelas Purbaya dalam konferensi pers, Rabu (25/5/2022).
“Bukan berarti The Fed naik, LPS menaikkan suku bunga penjaminan, ini betul-betul tergantung indikator kondisi moneter, makro di dalam negeri, jadi kita negara merdeka,” ujar Purbaya.
Pada 25 Mei 2022 LPS menetapkan tingkat bunga penjaminan yang berlaku pada periode 28 Mei hingga 30 September 2022 yaitu 3,50 persen untuk simpanan rupiah di bank umum, 0,25 persen simpanan valuta asing dan 6,00 persen untuk simpanan di BPR .
LPS memproyeksikan pertumbuhan simpanan perbankan akan meningkat pada tahun 2022, begitupun dengan pertumbuhan kredit seiring dengan longgarnya likuiditas perbankan dan debitur yang mulai kembali membangun usaha mereka yang sempat tersendat akibat pandemi.
Proyeksi tersebut senada dengan apa yang disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemulihan kinerja industri perbankan pada April 2022 tumbuh 9,10 persen yoy.
Kredit sektor pertambangan mencatatkan kenaikan terbesar yaitu Rp 21,5 triliun disusul sektor manufaktur sebesar Rp 20,8 triliun. Sementara itu pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mampu menembus level 10,11 persen yoy.
“Sementara itu, likuiditas perbankan berada pada level yang memadai. Rasio alat likuid atau non-core deposit dan alat likuid/DPK per April 2022 terpantau masing-masing pada level 131,21% dan 29,38%, di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%,” ujar Deputi Komisioner Humas dan Logistik Anto Prabowo pada Rabu (25/5).
Selanjutnya dari sisi rasio kecukupan modal minimum atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan berada di posisi 24,32%.
Gubernur BI Perry Warjiyo memprediksi pertumbuhan kredit pada tahun 2022 berada di level 6 persen hingga 8 persen. Sementara itu pertumbuhan DPK pada tahun 2022 di proyeksikan naik 7 persen hingga 9 persen.