BeritaPerbankan – Kepala Kantor Perwakilan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) I di Medan, Muhammad Yusron, menyoroti pentingnya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di masyarakat, khususnya terkait pengetahuan mereka terhadap Bank Perekonomian Rakyat (BPR).
Di sela-sela acara Pesta Nasabah dan Gebyar Undian Tabungan Pundi BPR Nusantara Bona Pasogit, Kamis, 18 Juli 2024, Yusron mengatakan bahwa tingkat literasi dan inklusi keuangan di Sumatera Utara memang mengalami perkembangan positif, namun belum merata. Untuk itu, lanjut Yusron, LPS bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi keuangan kepada masyarakat.
“Kami, LPS dan OJK, ingin melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat, agar mereka lebih mengetahui bahwa BPR adalah peserta penjaminan simpanan LPS, sehingga mereka tidak lagi ragu untuk menabung di BPR,” ujar Yusron.
Yusron mengungkapkan, kehadiran LPS di Sumatera Utara, salah satu tujuannya adalah meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, khususnya perbankan BPR yang mana pemahaman masyarakat tentang BPR masih relatif rendah.
LPS juga menegaskan bahwa simpanan nasabah di BPR masuk dalam program penjaminan simpanan, dengan nilai penjaminan hingga Rp2 miliar per nasabah per bank dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Jaminan ini akan memberikan rasa aman dan tenang bagi nasabah saat bank mengalami kebangkrutan atau dicabut izin usahanya oleh otoritas pengawas.
“Ini merupakan dukungan LPS, agar masyarakat lebih percaya kepada perbankan di Sumatera. Karena, dari yang saya lihat, pengetahuan masyarakat soal LPS dan BPR itu kurang. Jadi, kehadiran LPS bisa membantu mereka untuk lebih percaya mengenai BPR,” tambahnya.
Yusron menambahkan, BPR memiliki peran penting dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Perbankan menjadi garda terdepan dalam kegiatan ini. BPR melakukan pendekatan secara langsung kepada masyarakat untuk menawarkan produk keuangan dan meyakinkan masyarakat untuk menjadi nasabah.
“Seringkali BPR-BPR melakukan jemput bola secara langsung terhadap masyarakat di sekitar mereka. BPR-BPR ini tidak jarang menawarkan produk-produk dan meyakinkan orang-orang untuk menaruh uang di perusahaan. Sehingga, masyarakat semakin percaya untuk menabung di bank dan semakin percaya kepada BPR,” lanjut Yusron.
Yusron juga menekankan bahwa kehadiran LPS di Sumut bertujuan untuk membantu dan mendekatkan pemahaman masyarakat mengenai BPR, sehingga dapat memajukan industri BPR atau industri perbankan secara keseluruhan dan sama-sama menjaga agar industri perbankan di Sumatera Utara tetap sehat.
“Kami berharap bahwa masyarakat bisa semakin mengetahui keberadaan LPS sebagai penjamin simpanan, serta mau menabung di bank. Khusus untuk BPR, kami ingin masyarakat semakin mengetahui keberadaan mereka. Harapannya, BPR-BPR seperti yang ada di Sumut dapat meningkatkan kinerja dan fungsi intermediasi,” kata Yusron.
Berdasarkan laporan OJK per Mei 2024, terdapat 53 BPR-BPRS beroperasi di Sumatera Utara. Kinerja perbankan BPR di Sumatera Utara menunjukkan pertumbuhan positif, dengan total aset tumbuh 8,78 persen secara year on year (yoy) dari Rp2,52 triliun menjadi Rp2,76 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit juga mencatat pertumbuhan positif, masing-masing sebesar 8,65 persen menjadi Rp2,10 triliun dan 9,84 persen menjadi Rp2,60 triliun.
Upaya LPS dan OJK dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan tidak hanya bertujuan jangka pendek, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif secara finansial. Dengan masyarakat yang lebih paham mengenai produk dan layanan perbankan, diharapkan mereka dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan finansial, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada perekonomian Sumatera Utara secara keseluruhan.