BeritaPerbankan – Pergerakan tingkat suku bunga deposito bank mulai nampak. Hal itu terungkap dalam laporan likuiditas bulanan yang dirilis oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
LPS mencatat adanya tren kenaikan suku bunga deposito di perbankan tanah air. Pada September 2022 rata-rata tingkat bunga deposito rupiah di seluruh bank naik 5 basis poin (bps), bergerak menuju level 3,14 persen.
Sementara itu suku bunga simpanan mata uang asing atau valas bergerak naik ke level 0,94 persen dengan kenaikan maksimum 17 bps. Suku bunga minimum simpanan valas naik 10 bps ke level 0,45 persen dan rerata seluruh bank valas mencatatkan kenaikan sebanyak 15 bps menuju level 0,70 persen.
LPS memprediksi kenaikan suku bunga simpanan masih akan berlanjut secara bertahap sebagai respon atas kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang saat ini berada di level 4,75 persen.
“Meski demikian, kondisi likuiditas bank diperkirakan masih akan terjaga di tengah meningkatnya kebutuhan bank untuk menyalurkan kredit serta memenuhi ketentuan kebijakan likuiditas Bank Indonesia [BI],” tulis laporan LPS.
LPS menambahkan kenaikan suku bunga simpanan valas diproyeksikan akan terjadi lebih cepat karena dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga offshore.
Penyesuaian suku bunga deposito valas setelah kenaikan suku bunga acuan BI harus dilakukan industri perbankan untuk menjaga stabilitas makroekonomi.
Industri perbankan masih memiliki likuiditas yang longgar untuk memenuhi kebutuhan kredit di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional.
Kondisi sistem keuangan perbankan yang relatif stabil tersebut juga menjadi modal penting untuk dapat melewati tantangan ekonomi di tahun 2023.
Meskipun gejolak ekonomi global masih terus terjadi, namun LPS optimis tidak akan terjadi resesi di Indonesia. Selain kondisi perekonomian nasional yang menunjukan tren positif, Indonesia juga telah memiliki pengalaman menghadapi krisis ekonomi yaitu pada tahun 1998, 2008, 2016 dan 2020.
Prediksi serupa juga diungkapkan Asian Development Bank (ADB) yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5 persen di tahun 2023 dan terhindar dari resesi.
Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan Indonesia memiliki modal penting yaitu jumlah penduduk yang besar, sehingga domestic demand Indonesia lebih besar dibandingkan permintaan dari luar negeri.
Adapun gonjang-ganjing perekonomian global tetap harus diwaspadai. Optimisme dan kewaspadaan harus dikedepankan dalam menghadapi tantangan ekonomi di tahun 2023 mendatang.