BeritaPerbankan – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, optimis bahwa tren menabung masyarakat akan kembali meningkat dalam waktu dekat, usai sempat mengalami penurunan pada Mei 2025. Menurutnya, pelemahan tersebut hanya bersifat sementara dan dipicu oleh faktor musiman, terutama meningkatnya konsumsi masyarakat saat perayaan Idulfitri.
“Saya expect IMK akan balik ke sekitar 6 persen lagi pada Juli dan Agustus 2025. Jadi, ini hanya kondisi jangka pendek karena orang banyak belanja saat Lebaran,” ujar Purbaya di Jakarta, Selasa (24/6).
Laporan terbaru LPS mencatat bahwa Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada Mei 2025 turun 4,4 poin ke level 79,0 dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi hampir di seluruh kelompok pendapatan rumah tangga. Namun, rumah tangga dengan pendapatan lebih dari Rp7 juta per bulan masih menunjukkan resiliensi, dengan IMK tetap berada di atas angka psikologis 100, meski turun tipis 1,1 poin.
Menurut Purbaya, pola konsumsi masyarakat selama periode Ramadan hingga Lebaran menjadi faktor utama di balik turunnya angka IMK. Ia mencatat bahwa pada Maret dan April, terjadi peningkatan signifikan dalam aktivitas belanja yang berdampak langsung pada pengurangan porsi dana yang dialokasikan untuk tabungan.
“Kita lihat sendiri, sejak Maret dan April ada Lebaran. Masyarakat belanja, jadi pertumbuhan tabungannya agak tertahan,” jelasnya.
Meski demikian, Purbaya optimistis bahwa penurunan ini hanya bersifat temporer. Ia memperkirakan tren menabung akan kembali menguat seiring dengan normalisasi pola konsumsi masyarakat pasca-Lebaran.
Selain IMK, dua indikator penting lainnya juga menunjukkan tren pelemahan. Indeks Waktu Menabung (IWM) tercatat turun 1,7 poin menjadi 92,9, sementara Indeks Intensitas Menabung (IIM) anjlok 7,1 poin ke level 65,1.
Tak hanya itu, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) juga mengalami koreksi, turun 3,4 poin secara bulanan (month-to-month) menjadi 99,7 pada Mei 2025. Dua komponen penyusun IKK turut melemah, yakni: Indeks Situasi Saat Ini (ISSI) turun ke 79,4 dari 81,9 di April, Indeks Ekspektasi (IE) menyusut ke 114,9 dari sebelumnya 118,9.
Penurunan IKK mencerminkan sikap hati-hati konsumen dalam merespons kondisi ekonomi saat ini dan yang akan datang. Meski demikian, angka-angka ini belum mengindikasikan kekhawatiran serius, melainkan cenderung menunjukkan dinamika normal dalam siklus konsumsi domestik.
Meski data Mei menunjukkan tren penurunan, LPS menegaskan bahwa fundamental ekonomi masyarakat tetap solid. Dukungan dari stabilitas sistem keuangan dan mulai pulihnya aktivitas ekonomi pasca-Lebaran diyakini akan menjadi pendorong utama kebangkitan kembali IMK dan IKK dalam beberapa bulan mendatang.
“Saya optimistis, mulai Juni hingga Juli, situasi akan membaik lagi. Konsumen mulai menata kembali keuangannya, dan tren menabung kembali menguat,” kata Purbaya.