BeritaPerbankan – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi ruang bagi pertumbuhan ekonomi RI hingga akhir tahun 2022 masih terbuka lebar. Ketua DK LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pertumbuhan ekonomi hingga semester I 2022 di level 5,44 persen sebenarnya masih potensial untuk ditingkatkan ke level 6 persen hingga 6,5 persen.
LPS mencatat jumlah uang di sistem lebih dari cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Perbankan juga memiliki likuiditas yang longgar sehingga mampu menyalurkan kredit lebih banyak lagi untuk mendorong ekonomi nasional.
Purbaya memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada semester II 2022 masih akan meneruskan tren pertumbuhan positif meskipun relatif melambat. LPS memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2022 berada di level 5,5 persen dan terendah 5 persen.
LPS mencatat DPK valuta asing tumbuh 4,5 persen yang mengindikasikan bahwa uang tidak lari keluar. Simpanan jenis Giro tercatat tumbuh 8,9 persen secara tahunan (yoy), tabungan naik 9,8 persen, sedangkan simpanan deposito mengalami penurunan sebanyak 9,6 persen.
Purbaya menyoroti pergeseran penempatan uang dari deposito ke giro yang menandakan geliat aktivitas ekonomi masyarakat sudah mulai terlihat. Hal itu akan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi sebab pemilik dana mulai membelanjakan uang mereka untuk konsumsi maupun modal usaha.
Kontribusi ekspor terhadap PDB tercatat naik 23 persen. Pertumbuhan domestik yang lebih dominan dari global menjadi kunci pertahanan ekonomi dan keuangan RI. LPS yakin pertumbuhan ekonomi berpotensi menguat jika mesin-mesin pertumbuhan ekonomi domestik mampu dioptimalkan.
Terakhir LPS merespon penurunan jumlah kepemilikan asing dalam Surat Berharga Negara (SBN) hingga 15 persen. Purbaya mengatakan hal itu tidak akan mengganggu stabilitas pasar obligasi di tanah air.
Purbaya menjelaskan dominasi kepemilikan SBN oleh pemain domestik mengindikasikan pembangunan nasional lebih banyak dibiayai oleh masyarakat Indonesia ketimbang asing.
Hal itu baik untuk mengurangi ketergantungan terhadap modal investor asing. Selain itu jumlah investor asing di pasar obligasi yang relatif kecil tidak akan mengganggu stabilitas pasar obligasi.
Purbaya mencontohkan Jepang yang mana 95 persen kepemilikan SBN dikuasai oleh pemain dalam negeri sehingga kondisi pasar obligasi Jepang relatif aman dari gejolak ekonomi dan keuangan global.