Beritaperbankan.id – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) optimis tahun 2023 perekonomian Indonesia akan resilien dan kuat melanjutkan tren pertumbuhan tahun 2022. Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III/2022 tetap resilien di level 5,72 persen yoy dibandingkan dengan kuartal II sebesar 5,45 persen yoy.
Pertumbuhan ekonomi masih kuat didukung oleh neraca perdagangan, konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai penopang utama.
Penerimaan pajak hingga September 2022 tercatat mencapai Rp 1.310,5 triliun, bahkan melebihi 88,3 persen dari target yang ditentukan. Hal itu tidak lepas dari kebijakan pemerintah dan upaya pemulihan ekonomi yang terus terjaga serta kontribusi harga komoditas yang masih di level relatif tinggi.
“Di Perpres 98 tahun 2022 kita sudah menaikkan targetnya, tapi mungkin akan tetap lebih tinggi lagi. Optimisme penerimaan pajak yang sangat tinggi ini menggambarkan harga komoditas masih bagus, pertumbuhan ekonomi Indonesia momentumnya menggeliat yang menimbulkan penerimaan pajak, dan juga implementasi dari undang undang HPP kita yang cukup baik,” tutur Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
Sejumlah indikator ekonomi yang menunjukkan hasil positif tersebut, LPS berharap masyarakat tidak perlu takut dan khawatir berlebihan menghadapi tantangan ekonomi dan ancaman resesi tahun depan yang diprediksi sejumlah pihak.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2022 terus menguat di tengah perlambatan ekonomi global dan kenaikan inflasi domestik.
Hal itu ditopang oleh masih tingginya permintaan domestik dan perbaikan kinerja ekspor yang terus meningkat. Kegiatan bisnis berjalan lancar di hampir semua sektor yang didorong oleh tingginya mobilitas masyarakat dan berlanjutnya penyelesaian Program Strategis Nasional (PSN).
Namun demikian gejolak ekonomi global patut diwaspadai karena dapat mempengaruhi kinerja ekspor dan tingkat konsumsi masyarakat jika tidak diantisipasi sejak dini.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan ketiga masih cukup tinggi yaitu 5,39 persen yoy meskipun melambat jika dibandingkan dengan konsumsi pada triwulan kedua 5,51 persen yoy.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh meningkatnya mobilitas masyarakat, masih terbatasnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan penyaluran bantuan sosial dan subsidi energi.
Indikator lainnya yaitu kinerja investasi yang tercatat tumbuh 4,96 persen yoy terutama untuk sektor non bangunan baik mesin maupun peralatan.
Sementara itu kinerja ekspor di akhir tahun 2022 tercatat mampu tumbuh sebesar 21,64 persen yang ditopang oleh kebijakan percepatan ekspor minyak kelapa sawit dan permintaan dari mitra dagang utama yang masih tetap tinggi.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 menurut IMF masih resilien di level 5,00 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi global diprediksi hanya mampu tumbuh di kisaran 2,7 persen hingga 3 persen.